Internasional
Iran Dirikan Kota Rudal Canggih, Dari Rudal Jelajah, Balistik Sampai Perang Elektronik
Pemerintah Iran diam-diam telah mendirikan sebuah kota yang disebut 'Kota Rudal' di sebuah lokasi yang dirahasiakan.
“Tetapi sebenarnya dari masalah ini, jenis prilaku ini menggambarkan pemikiran Iran mengenai keamanan maritim dan skenario perang potensial dan bagian dari budaya IRGC dalam hal asimetri.," tambahnya.
Baca juga: Serangan Houthi ke Arab Saudi Dinilai Bagian Rencana Iran Mengacaukan Keamanan Kawasan
Iran dan proksinya di kawasan itu telah melancarkan ratusan serangan dengan rudal dan drone bersenjata dalam setahun terakhir.
Menargetkan warga sipil dan infrastruktur energi di Arab Saudi.
Pembentukan "kota rudal" menimbulkan pertanyaan tentang komitmen AS dan kekuatan Eropa untuk menghidupkan kembali Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Perjanjian 2015 untuk mencegah program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi.
Donald Trump menarik AS dari kesepakatan itu pada 2018, dan mulai memulihkan sanksi.
Tetapi Presiden Joe Biden ingin kembali ke kesepakatan tersebut.
Kerajaan Arab Saudi dan sekutunya percaya setiap perjanjian baru harus diperpanjang untuk mengatasi program rudal balistik Iran dan agresi regional.
Baca juga: Iran Bantah Menyerang Kapal Kargo Israel di Perairan Teluk
Analis politik Saudi Dr. Hamdan Al-Shehri mengatakan:
“Komunitas internasional memiliki pengetahuan penuh tentang ambisi regional Iran dan peningkatan keterlibatan dalam urusan regional."
"Gambar dan video baru ini lebih dari cukup bukti untuk melibatkan Iran, karena ini dapat dianggap sebagai pengakuan yang blak-blakan tentang kemampuan misil mereka, tetapi komunitas internasional masih diam."
“Dunia mendengar para pejabat senior Iran membual tentang dukungan untuk milisi Houthi," ujarnya.
"Mereka telah menunjukkan berkali-kali sedang memiliterisasi kawasan itu untuk membuatnya lebih tidak stabil dan kurang stabil," katanya.
"Iran terus memperluas kemampuan dan perannya baik sebagai a ancaman konvensional dan tidak konvensional di Timur Tengah," urainya.
"Jika komunitas internasional terus diam dalam menghadapi agresi ini, maka merekalah yang akan bertanggung jawab," tegasnya.(*)