148 Tahun Perang Aceh
Aneuk Syuhada dan Mahasiswa Gelar Aksi Damai Peringati 148 Tahun Perang Aceh Melawan Belanda
Tapi pada 27 Desember 1949, melalui konfrensi meja bundar (KMB), ketika itu Belanda menyerahkan maklumat perang kepada Batavia melalui Soekarno, sehar
Penulis: Zaki Mubarak | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Zaki Mubarak | Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM,LHOKSEUMAWE - Sejumlah aneuk syuhada dan mahasiswa gabungan dari Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe menggelar aksi memperingati 148 tahun (26 Maret 1873 - 1915) sejarah perang rakyat Aceh melawan penjajahan Belanda di Taman Riyadah di Jalan Merdeka, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe (26/03/2021).
Aksi damai itu diisi dengan orasi, baca puisi, menunjukkan spanduk dan poster bertuliskan tentang fakta sejarah kemenangan perang Aceh melawan Belanda.
Hanafiah selaku Korlap mengatakan, bahwa aksi ini tidak lebih dari mengingat sejarah.
Karena 26 Maret 1873 kerajaan Belanda menyatakan perang terhadap kerajaan Aceh Darusalam.
• Warga Iran Serukan Penghapusan Rezim Ulama, Kampanye Disebar Melalui Media Sosial
• Sebelum Bertanding di Arena PON Papua, KONI Aceh Segera Vaksin Ratusan Atlet
Padahal pada tahun 1602 kesultanan Aceh yang pertama mengakui Belanda merdeka dari Negara Spanyol.
Tapi pada 27 Desember 1949, melalui konfrensi meja bundar (KMB), ketika itu Belanda menyerahkan maklumat perang kepada Batavia melalui Soekarno, seharusnya maklumat perang itu dicabut oleh Belanda dari Aceh.
Para aneuk syuhada dan mahasiswa juga melakukan orasi secara bergantian meneriakkan sejarah kemenangan perang Aceh dengan Belanda dan Aceh tidak pernah bisa dijajah dan tidak pernah kalah.
Hanafiah, mengatakan aksi ini merupakan bertujuan untuk mengangkat fakta-fakta sejarah perang Aceh dan Belanda.
"Agar tidak diputarbalikkan fakta oleh pihak lain," sebutya.
Sementara itu Hanafiah juga membantah terkait konvoi pembawa bendera Bintang Bulan yang terjadi saat aksi, itu bukan bagian dari aksi para Aneuk Syuhada dan Mahasiswa.
“Terkait konvoi bendera itu bukan bagian dari aksi dan kita tidak tahu itu dari mana,” demikian Hanafiah.(*)