Berita Bireuen
Penyandang Disabilitas di Bireuen Sebut Percuma Mereka Ditangkap, Lalu Dilepas, Tawar Solusi Begini
Khusus mereka penyandang disabilitas, setelah ditangkap, biasanya diberi bantuan sedikit, kemudian dipulangkan atau dilepas.
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Mursal Ismail
Khusus mereka penyandang disabilitas, setelah ditangkap, biasanya diberi bantuan sedikit, kemudian dipulangkan atau dilepas.
Laporan Yusmandin Idris I Bireuen
SERAMBINEWS.COM, BIREUEN - Para penyandang disabilitas yang sering mengemis di Simpang Empat, SPBU, dan tempat-tempat lainnya di Bireuen kerap ditertibkan petugas.
Tak hanya mereka, para pengemis lainnya juga sering ditangkap petugas Satpol PP dan WH Bireuen saat penertiban itu.
Khusus mereka penyandang disabilitas, setelah ditangkap, biasanya diberi bantuan sedikit, kemudian dipulangkan atau dilepas.
Namun, ada juga yang diberi modal usaha, tetapi beberapa hari kemudian mencul lagi mengemis.
“Mereka percuma ditangkap, kemudian dilepas.
Para pengemis itu sangat membutuhkan keterampilan, pelatihan dan juga pembinaan berkelanjutan, sehingga tidak mengemis lagi,” kata Yusaini (55) kepada Serambinews.com, Sabtu (3/4/2021).
Yusaini adalah Ketua DPC Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Bireuen.
Baca juga: Mau Tau Karyawan Tidak Profesional, Salah Satunya Sering tak Menyelesaikan Pekerjaan Sesuai Deadline
Yusaini mengatakan pelatihan itu sesuai kondisi dan keahlian masing-masing mereka.
Ia mencontohkan seperti dirinya, memiliki keahlian mengajarkan huruf braile, meracik obat-obatan, maka salah satu pelatihan yang mereka butuhkan memijat refleksi bagi tunanetra.
Begitu juga bantuan modal usaha bagi yang bisa berjualan kecil-kecilan, bantuan ternak bagi yang memiliki pekarangan dan berbagai solusi lainnya, sehingga mereka tidak mengemis.
Menurutnya, para pengemis ini bisa berkarya jika mendapat pelatihan karena di antara para disabilitas yang mengemis ini juga bisa memperbaiki barang elektronik apabila dilatih.
Didampingi Sekretaris DPC PPDI Bireuen, Nur Asiah, Yusaini menyebutkan jumlah pengemis yang
terdata di DPC PPDI Bireuen 148 orang.
Mereka terdiri atas penyandang tunadaksa (ketidakmampuan anggota tubuh atau tidak normal), tunanetra (tak bisa melihat), tuna rungu (bisu), idiot, autis, bibir sumbing dan kelainan mental.
Mereka tersebar mulai dari Kecamatan Samalanga hingga Kecamatan Gandapura dan masih banyak
penyandang disabilitas belum terdata.
Menurutnya, pendataan yang dilakukan DPC PPDI adalah mendatangi rumah penyandang disabilitas ini, sehingga mereka terdata.
“Masih banyak penyandang disabilitas belum terdata karena keterbatasan waktu untuk berkunjung ke rumah mereka,” timpal Nur Asiah.
Baca juga: Masuk Wilayah Bireuen, Pastikan Surat-surat Kendaraan dan Atribut Lainnya Lengkap
Sembako butuh, tapi belakangan
Seperti diberitakan sebelumnya, para penyandang disabilitas di Bireuen yang tergabung dalam wadah Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia atau PPDI DPC Bireuen sangat membutuhkan pelatihan.
Selain itu, keterampilan dan pembinaan keagamaan lebih.
Sedangkan bantuan sembako juga mereka perlukan, tapi urutan belakangan.
Hal tersebut disampaikan Ketua DPC PPDI Bireuen, Yusaini, penyandang tunanetra ini berusia 55 tahun.
Saat menyampaikan hal ini kepada Serambinews.com di Bireuen, Sabtu (3/4/2021), ia didampingi Sekretaris PPDI DPC Bireuen, Nur Asiah (46), penyandang tunadaksa.
Pernyataan keduanya itu mewakili rekan-rekan senasib.
Baca juga: Atta Halilintar Meneteskan Air Mata Setelah Ijab Kabul, Kini Sah Jadi Suami Aurel
Yusaini mengatakan beberapa hari lalu, DPC PPDI Bireuen sudah melakukan pertemuan dengan Dinsos Bireuen, kemudian dengan anggota DPRK Bireuen dan rencananya hendak bertemu dengan Bupati Bireuen.
Keinginan melakukan pertemuan dengan berbagai pihak, kata Yusaini, ingin menyampaikan berbagai hal menyangkut keberadaan para penyandang disabilitas di Bireuen.
Mereka mengharapkan perhatian serius berbagai pihak, terutama pemerintah dan dinas terkait agar mereka bisa mandiri dan bisa menghidupi keluarganya dengan tidak mengemis.
“Bantuan utama yang sangat diharapkan para penyandang disabilitas adalah pelatihan sesuai kondisi masing-masing, keterampilan dan juga pembinaan keagamaan.
Sembako juga butuh, tapi lebih penting pelatihan dan ketrampilan,” ujarnya.
Yusaini menyebutkan data sementara jumlah penyandang disabilitas di PPDI Bireuen mencapai 148 orang.
Mereka memiliki data lengkap serta NIK-nya juga aktif.
Dari jumlah tersebut, setiap penyandang disabilitas yang sudah berkeluarga minimal memiliki tiga anak.
Artinya kebutuhan setiap mereka terus bertambah.
Yusaini mengibaratkan para penyandang disabilitas utamanya bukan membutuhkan ikan, tapi berilah pancing untuk dapat memancing ikan sendiri.
"Contohnya, penyandang tuna cacat netra, mungkin cocoknya dilatih keterampilan memijat, penyandang cacat tuna daksa atau kaki putus dilatih bidang elektronik atau bantuan becak.
Bantuan modal usaha membuka kios. Bagi penyandang cacat wanita, mungkin bisa dibantu modal
usaha gorengan.
Dengan adanya keterampilan, kemungkinan besar para penyandang disabilitas ini bisa hidup mandiri.
Kemudian bisa berkarya dan berusaha, sehingga tidak harus meminta-minta," kata Yusaini.
Ketua DPC PPDI Bireuen mengatakan beberapa waktu lalu mereka pengurus PPDI Bireuen sudah menjumpai Anggota DPRK Bireuen menyampaikan program dan usulan untuk dibantu melalui APBK Bireuen.
Menurut Yusaini, DPRK menyambut positif usulan itu.
Begitu juga Dinas Sosial Bireuen.
Sedangkan dengan bupati Bireuen, kata Yusaini, DPC PPDI Bireuen belum bertemu.
“Surat permintaan ingin bertemu sudah kami sampaikan, namun belum ada jawaban mungkin pak Bupati lagi banyak pekerjaan,” ujarnya.
Yusaini sangat berharap semua pihak dapat membantu mereka sebisa mungkin.
Utamanya adalah pelatihan, memiliki keterampilan dan juga pembinaan lainnya. (*)