Berita Luar Negeri
Aksi Serangan Siber dari Korea Utara, AS Jatuhkan Sanksi Atau Serang Balik
Baru-baru ini lembaga think tank Negeri Ginseng menduga rivalnya sedang memperkuat serangan siber dari korea utara
Aksi Serangan Siber dari Korea Utara, AS Jatuhkan Sanksi Atau Serang Balik
SERAMBINEWS.COM - Kecurigaan Korea Selatan akan aktivtas Korea Utara seolah tidak pernah usai.
Baru-baru ini lembaga think tank Negeri Ginseng menduga rivalnya sedang memperkuat serangan siber.
Korea Utara dinilai akan terus meningkatkan serangan dunia maya terhadap lembaga keuangan dan lembaga pemikir di Korea Selatan, Amerika Serikat, dan negara-negara lain di tengah tantangan ekonomi.
Oh Il Seok, peneliti di Institut Strategi Keamanan Nasional (INSS), menyebut bahwa ancaman siber yang dilakukan Korea Utara justru bisa menjadi bumerang bagi pihaknya sendiri.
Baca juga: Akan Akhiri Kerja Sama Dengan NASA dan ISS, Rusia Berambisi Bangun Stasiun Luar Angkasa Sendiri
Jika serangan siber dilakukan, pemerintahan Joe Biden di Washington bisa saja menganggapnya sebagai ancaman dan mengambil tindakan yang lebih agresif terhadap Pyongyang.
"Korea Utara diperkirakan akan terus meningkatkan serangan siber terhadap lembaga keuangan dan pertukaran mata uang kripto di seluruh dunia pada tahun 2021 untuk mengumpulkan mata uang asing," ungkap Oh, seperti dikutip Yonhap.
Ia menilai upaya Korea Utara tersebut dilakukan karena perdagangan dengan China telah ditangguhkan selama pandemi Covid-19 serta adanya sanksi ketat dari AS dan PBB yang berlarut-larut.
Oh menambahkan, jika serangan siber Korea Utara dilakukan dalam skala besar, AS bisa menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Korea Utara dan bahkan menyerang fasilitas siber Korea Utara secara langsung.
Kecurigaan aliansi Korea Selatan dan AS terus bertambah
Baca juga: Harga Emas Hari Ini, Berikut Rincian Harga Emas Per Gram Minggu 25 April 2021
Pejabat intelijen AS pada hari Rabu (14/4/2021) mengungkapkan bahwa Korea Utara akan melakukan sejumlah uji coba rudal dalam waktu dekat.
Avril Haines, Direktur Intelijen Nasional (DNI) AS, mengingatkan bahwa Korea Utara bisa saja mengambil tindakan agresif dan berpotensi melahirkan ketegangan regional.
Lebih lanjut, Korea Utara diduga sedang berusaha untuk membuat perpecahan antara AS dan sekutunya, seperti Korea Selatan dan Jepang, yang aktif di regional yang sama dengan Korea Utara.
Bukan hanya itu, aliansi AS dan Korea Selatan baru-baru ini mengungkapkan, Korea Utara tidak lama lagi akan memperkenalkan unit kapal selam baru dengan bobot 3.000 ton.
Baca juga: Curhat Abang Kandung Irfan Suri, Putra Aceh di KRI Nanggala; Kami Tidur Sekamar, Baju Sering Sama
Penilaian tersebut muncul setelah sebuah lembaga think tank AS mengatakan, Korea Utara telah memindahkan tongkang uji rudal submersible di lokasi uji misilnya ke posisi yang berbeda.