Dituding Kafir dan Sesat karena Orasi di Gereja, Gus Miftah: Iman Saya Masih Utuh
Dalam cuplikan program KompasTv Rosi Spesial Lebaran, Gus Miftah mengatakan dirinya menghadiri acara tersebut bukan atas permintaannya.
Gus Miftah berprinsip, ia wajib menghormati orang lain, tetapi orang lain tidak berkewajiban menghormatinya.
Ia bisa memaksa dirinya untuk menghormati Nabi Muhammad SAW, tetapi ia tak bisa memaksa Rasul untuk menghormatinya.
Lebih lanjut, Gus Miftah menegaskan, kedatangannya di GBI Amanat Agung semata-mata untuk mencerminkan sikap saling hormat antar agama.
Baca juga: Karyawan RANS Entertainment Bocorkan Gaji per Bulan, Sebut Cukup Buat Beli Bando Nagita Slavina
Dalam penutupan orasinya, sambung Gus Miftah, dia mengatakan bahwa persoalan akidah antar agama memang berbeda, tetapi persoalan muamalah bisa bersama-sama.
Dai berusia 39 tahun itu kemudian menceritakan bagaimana dia tinggal di lingkungan yang 60 persen warganya adalah umat Nasrani.
Setiap Hari Raya Idul Adha, dia memotong sapi dalam jumlah banyak, karena saat semua umat Islam melaksanakan shalat ied, maka yang menjaga hewan kurban adalah umat Nasrani.
Saat Hari Raya Idul Firti, umat Nasrani pun turut membantu umat Islam menjaga parkir kendaraan.
"Itulah indahnya Indonesia menurut saya. Maka saya mengatakan, saya tidak sepakat ketika ada orang mengatakan semua agama itu benar."
"Tetapi bagi saya adalah kalimat ini harus dikompliti, semua agama itu benar bagi penganutnya," jelas Gus Miftah.
Sementara itu, ditanya apakah Gus Miftah kapok berorasi di gereja, dia menjawab tidak dan tetap akan melakukannya jika ada yang meminta.
Sebab, seperti yang dikatakan gurunya, bagi Gus Miftah yang terpenting adalah akidahnya selalu terjaga.
Selain itu, selama ada kebaikan di dalamnya, dia tidak akan goyah.
Adapun sebenarnya bukan hanya Gus Miftah yang pernah berorasi di tempat peribadatan umat Nasrani.
Jika menelisik jejak digital, banyak kiyai yang melakukan hal yang sama, demikian ungkap Gus Miftah.
"Dan yang perlu diingat, kehadiran saya itu bukan dalam rangka peribadatan bukan sembahyangan, tetapi peresmian," pungkas Gus Miftah.