Aceh di Mata Mahasiswa Asing
Kisah Mahasiswa Negara Afrika Memilih Kuliah ke Aceh dan Takjub Melihat Banyaknya Masjid
Saya sangat bangga dengan masyarakat Banda Aceh, karena mereka sangat ramah, supportif dan menjadikan saya sebagai saudara.
Kisah Mahasiswa Negara Afrika Memilih Kuliah ke Aceh dan Takjub Melihat Banyaknya Masjid
MESKI kulitnya hitam legam, Muhammed Bah (27) tak canggung duduk di warung kopi, berbaur bersama dengan warga Aceh lainnya.
Senyumnya menampakkan barisan giginya yang putih, kontras dengan warna kulitnya yang hitam.
"Apa kabar," sapa Muhammed Bah yang memiliki nama panggilan Pa ini. Ia kemudian duduk dan memesan kupi pancung.
Warna kulitnya memang lebih mencolok. Maklum, dia berasal dari Gambia. Pa kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (USK) jurusan International Management Program (IMP).
Selain Pa, masih ada 14 mahasiswa lainnya dari Gambia yang berkuliah di Aceh.
Gambia sendiri merupakan satu negara kecil di Afrika Barat. Negara ini berbatasan langsung dengan Sinegal dan Samudra Atlantik.
Baca juga: Gubernur Aceh Nova Iriansyah Kirim Surat Khusus untuk Empat Bupati/Wali Kota, Isinya soal Covid-19
Baca juga: VIDEO Kelompok Perlawanan Palestina Lepaskan 1700 Roket Serang Israel
Baca juga: Hasil CT Scan, Bupati Sarkawi Alami Pecah Pembuluh Darah di Bagian Kepala
Lebaran Idul Fitri ini merupakan tahun kedua Pa di Aceh. Ia memutuskan tidak pulang ke negaranya karena masalah ekonomi, di samping memang masih mewabahnya Covid-19.
Penerbangan ke Gambia sendiri membutuhkan waktu sekitar 25 jam, dengan biaya sekitar Rp 15 juta.
"Rencana saya nanti setelah selesai kuliah baru pulang, dua tahun lagi," imbuhnya.
Lalu apa yang membuat Pa kuliah ke Aceh, daerah yang sangat jauh dari daerah asalnya?
Dengan menggunakan bahasa Indonesia bercampur Inggris, Pa pun menceritakan awal perjalanannya ke Aceh.
Semua ini bermula dari informasi dan cerita teman senegaranya yang kuliah di Yogyakarta.
Baca juga: Tak Hanya Puasa Enam Hari, Ternyata Menikah Pun Disunahkan di Bulan Syawal
Baca juga: Gempa Bumi Bermagnitudo 6,7 Kagetkan Warga Pulau Nias, BNPB Imbau Masyarakat Siap Siaga
Baca juga: Ledakan Petasan Tewaskan 4 Orang di Kebumen, Korban Diduga Merokok Saat Meracik Mercon
Temannya itu bernama Manding Suso, mengabari bahwa USK mengundang mahasiswa internasional.
"Dia mengirimi saya tautan aplikasi melalui WhatApp dan saya memutuskan untuk melamar," kenangnya.
Setelah menyelesaikan aplikasi pendaftaran, Pa diterima belajar di Jurusan International Management Program (IMP) Fakultas Ekonomi, tahun 2019.
Tetapi sebelum memutuskan mendaftar di USK, Pa telah terlebih dahulu mencari tahu soal Aceh.
Salah satunya dengan bertanya kepada temannya di Yogyakarta tentang Indonesia dan Banda Aceh.
Jawaban yang diberikan temannya ternyata sangat bermanfaat. Karena Pa memang lebih suka tinggal di komunitas muslim, sehingga bebas mempraktikkan kegiatan keagamaan seperti di negaranya.

Untuk diketahui, Gambia adalah negara yang mayoritas penduduknya (90%) beragama Islam Sunni dengan mazhab Maliki.
Hal itu pulalah yang menjadi alasan utamanya memilih Aceh, karena penduduknya 100 persen beragama Islam.
Selain itu, gambaran yang dia peroleh, penduduk Aceh juga sangat ramah dan menghormati seluruh umat manusia.
"Saya kemudian menemukan bahwa makanan di Banda Aceh adalah halal. Ini juga memotivasi saya untuk datang ke sini," tuturnya.
"Karena saya tidak ingin menghubungkan diri saya dengan makanan yang tidak diterima oleh Islam," imbuh Pa lagi.
Pria tujuh bersaudara ini juga mencari tahu tentang Aceh melalui Youtube.
Baca juga: Usai Lebaran, Perut Malah Membuncit? 12 Cara Ini Bisa Bantu Hilangkan Lemak di Perut
Baca juga: Bacaan Doa Ziarah Kubur Lengkap dengan Artinya, Adab, dan Tata Cara Berziarah
Baca juga: Umumkan Angkat Senjata, Eks Ratu Kecantikan Myanmar Siap Lawan Junta Militer: Saatnya Berjuang
Dari situ dia mendapat gambaran tentang lingkungan di Kota Banda Aceh yang menurutnya sangat menakjubkan.
Pa juga melihat gambaran kampus USK, dan satu hal yang paling menakjubkan baginya adalah banyaknya masjid di Aceh.
"Saya katakan pada diri saya sendiri, Banda Aceh adalah negeri damai, dimana orang bisa mencapai kehidupannya karena tanahnya penuh berkah dari Allah," ucap Pa.
Ketertarikannya terhadap Aceh semakin lengkap karena USK terkenal dengan prestasi akademisnya.
Menciptakan ruang dan membangun kepercayaan pada mahasiswanya untuk mengambil bagian dalam pembangunan global.
"Dan inilah impian setiap siswa untuk melakukan perubahan lingkungan hidup," tambah Pa.
Akhirnya Pa merasa bersyukur bisa berkuliah di Aceh. Ia tak menyesali keputusannya itu.
"Saya sangat bangga dengan masyarakat Banda Aceh, karena mereka sangat ramah, supportif dan menjadikan saya sebagai saudara,"
"Mereka (masyarakat Banda Aceh) memberikan saya lingkungan yang stabil untuk tinggal dan melanjutkan studi saya di Universitas Syiah Kuala," tutupnya.(*)
Baca juga: VIDEO Bapak dari Anak Top Up Game Online Minta Maaf, Ngaku Tak Tahu Sistem Pembelian Voucher
Baca juga: Grand Renggali, Hotel Indah di Pinggir Danau Lut Tawar, Suasananya Seperti di New Zealand
Baca juga: Heboh! Kejanggalan Shalat Ied di Sebuah Kompleks, Shaf Wanita di Depan, Pria di Belakang