Israel Kembali Serang Jamaah di Masjid Al-Aqsa, Gencatan Senjata Belum Sampai 12 Jam
Belum sampai 12 jam setelah pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Hamas, tentara Israel kembali menyerang warga Palestina

YERUSALEM - Belum sampai 12 jam setelah pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Hamas, tentara Israel kembali menyerang warga Palestina pada Jumat (21/5/2021) waktu setempat.
Melansir dari Anadolu Agency, Sabtu (22/5/2021), penyerangan tersebut dilakukan polisi Israel terhadap jamaah yang sedang shalat Jumat di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem Timur. Akibat insiden tersebut, sejumlah orang mengalami luka.
Seperti diketahui, warga Palestina yang tinggal di Yerusalem Timur pada Jumat (21/5/2021) pagi waktu setempat, berbondong-bondong ke Masjid Al-Aqsa untuk merayakan gencatan senjata yang dicapai antara Israel dan Hamas. Mereka kemudian ingin berbaris dari Al-Aqsa ke daerah Kota Tua, tapi polisi Israel membubarkan mereka menggunakan granat kejut dan gas air mata.
Gencatan senjata mulai berlaku pada pukul Jumat pukul 02.00 waktu setempat atau Kamis 23.00 waktu GMT. Gencatan senjata yang difasilitasi oleh Mesir terjadi setelah 11 hari Israel melakukan serangan udara Israel ke Jalur Gaza. Sebanyak 232 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak dan 39 wanita, meninggal dunia dalam serangan sejak 10 Mei 2021 tersebut.
Bentrokan baru antara pasukan zionis Israel dan Palestina kembali pecah di sekitar Temple Mount dan Tepi Barat. Dilansir dari dailymail.co.uk pada Sabtu (22/5/2021), polisi Israel menembakkan gas air mata ke warga Palestina yang menghadiri shalat Jumat di Masjid Al-Aqsa. Sebagai balasan, warga Palestina melemparkan batu ke arah tentara zionis Israel.
Sementara itu, perayaan gencatan senjata di Tepi Barat juga berubah menjadi aksi kekerasan, di mana pasukan keamanan Israel menembakkan gas air mata ke arah warga Palestina di dekat Betlehem. Meskipun ada bentrokan, tapi konflik itu tak diwarnai dengan serangan roket atau bom.
Kedua belah pihak sudah menyatakan kemenangan dan mengancam akan segera melanjutkan permusuhan jika situasinya kembali memburuk.
Namun, Israel mendadak menyatakan akan menyerang kembali Palestina. Hal itu disampaikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Menurut Netanyahu, pihaknya siap untuk menanggapi Palestina dengan kekuatan baru. Sementara Hamas mengatakan, jika Israel melewati batas, mereka juga akan menyerang. Khususnya jika kekerasan itu terjadi di sekitar Masjid Al-Aqsa.
Kekhawatiran warga
Banyak orang Israel dan Palestina mengungkapkan rasa lelah dan "deja vu" tentang gencatan senjata yang terbaru di Jalur Gaza. Terlebih, mengingat empat perang terjadi dalam 13 tahun, atau tepatnya empat pertempuran dalam satu konflik yang diselingi oleh periode tenang yang terputus-putus. “Hidup akan kembali, karena ini bukan perang pertama, dan ini bukan perang terakhir,” kata seorang pemilik toko, Ashraf Abu Mohammad, di Gaza melansir Guardian pada Jumat (21/5/2021).
Warga kini mengamati reruntuhan rumah mereka. “Kami melihat kerusakan besar di sini, ini pertama kalinya dalam sejarah kami melihat ini,” kata Azhar Nsair. Menurutnya, gencatan senjata adalah untuk orang-orang yang tidak menderita, yang tidak kehilangan orang yang mereka cintai, yang rumahnya tidak dibom.
Sementara itu, Joni Rokotnitz (46 tahun), seorang seniman , musisi, dan animator yang tinggal di Jaffa, mengaku masih berusaha mencerna semuanya. “Saya pernah mengalaminya sebelumnya, kami terbiasa dengan itu (perang) di lapangan. Ini sangat menyedihkan dan hanya menyebarkan lebih banyak perpecahan, dan lebih banyak orang kehilangan orang yang dicintai dan mengalami ketakutan,” ungkapnya.
Janji bangun ulang gaza
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, pada Jumat (21/5/2021), berjanji untuk membantu membangun kembali Gaza, yang hancur lebur akibat konflik Israel dan Palestina. Presiden ke-46 AS itu juga mengatakan, menciptakan negara Palestina bersama Israel adalah satu-satunya jawaban untuk konflik tersebut. Biden turut mendesak Israel untuk menghentikan pertempuran antar-komunal di Yerusalem.
Namun dia menekankan, "Tidak ada perubahan dalam komitmen saya, komitmen terhadap keamanan Israel," dikutip dari AFP. Ditambahkan, sampai kawasan itu dengan tegas mengakui keberadaan Israel, maka tidak akan ada perdamaian. Ide solusi dua negara bersama yang dicetuskan Biden adalah negara Palestina berdaulat bersama Israel, dan Yerusalem sebagai ibu kota mereka.
Usul itu menjadi landasan diplomasi internasional selama puluhan tahun yang bertujuan mengakhiri konflik Palestina dan Israel. (tribunstyle.com/kompas.com)