Kisah Inspiratif
Kisah Pria Lhokseumawe Sukses Berkarir di RS Australia, Sempat Gagal ke Belanda dan Jual Semua Aset
Setelah berhasil bangkit, dia pun harus mengorbankan semua aset yang sudah dia kumpulkan dari nol, untuk bisa berangkat ke Australia.
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Zaenal
"Sekitar tiga bulanan lah saya sempat luntang-lantung hidup di Jakarta. Itu cerita sedih," kata Ridwan mengawali kisahnya saat dihubungi Serambinews.com melalui panggilan telepon via WhatsApp beberapa waktu lalu.
Baca juga: Kisah Muhammad Yusni, Dulu Bandar Narkoba, Kini Kades di Deliserdang Ini Diserang Pengedar Narkotika
Baca juga: Kisah Mahasiswa Negara Afrika Memilih Kuliah ke Aceh dan Takjub Melihat Banyaknya Masjid
"Dari segi intelektual, saya tidak pinter-pinter banget. Nilai akademis saya itu biasa-biasa aja. IPK saya pas-pasan,"
"Saya juga bukan berasal dari keluarga kaya. Saya dari keluarga miskin. Orang tua saya cuma penjual ikan, mama juga tidak bekerja, jadi ya memang tidak ada," lanjutnya.
Ridwan yang merupakan alumni MTS dan MAS Dayah Ulumuddin, Cunda, Kota Lhokseumawe awalnya tidak memiliki keinginan untuk masuk ke bidang keperawatan.
Dia mengaku memiliki cita-cita menjadi seorang dokter.
Namun karena keterbatasan ekonomi, untuk tetap menjaga cita-cita anaknya tak jauh dari bidang kesehatan, orang tua Ridwan mengarahkan anaknya untuk masuk ke bidang keperawatan.
"Jadi orang tua dalam tanda kutip ya, udah lah akper yang lebih mudah dapat kerja, kemudian dekat rumah," cerita Ridwan soal orang tuanya yang sempat memintanya masuk ke salah satu akademi keperawatan yang berada di sekitar tempat tinggalnya.
"Tapi saya ga lulus. Karena saya ga suka jadi saya ga baca soal (ujian). Itu langsung jawab asal, 5 menit langsung selesai saya jawab," ungkapnya.
Dia pun mendapat tawaran masuk di salah satu akademi keperawatan swasta di Medan, yang saat itu baru-baru saja dibuka.
Baca juga: Kisah Gadis Suku Kreung, Bermalam di Gubuk, Berhubungan Badan dengan Banyak Pria Demi Dapat Jodoh
Belum pernah menginjakkan kaki di Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, bermodal nekat dan pegangan uang 200 ribu, dia pun berangkat ke Medan.
"Jadi saya ke Medan itu bukan untuk kuliah, tapi karena ingin merantau," sebutnya.
Setelah lulus dari Akper HarMa, Medan, Ridwan yang bekerja di rumah sakit yang dikelola oleh akademi keperawatan itu mendapat informasi adanya pelatihan yang diadakan oleh perusahaan penyedia tenaga kerja profesional untuk berangkat ke Belanda.
"Sebenarnya saya ga tertarik ke luar negeri dulu, tapi tertarik ke Belanda, karena saya ingin mempelajari sejarah tentang Aceh. Yang saya tau sejarah Aceh paling lengkap ada di perpustakaan Belanda. Itu motivasi saya ingin berangkat ke sana," kata Ridwan.
Sayangnya, setelah membuat pelatihan selama 6 bulan yang berbasis di Jakarta, perusahaan itu gagal mengikat kerjasama dengan Belanda.
Alhasil, Ridwan serta teman-temannya seperti digantung oleh harapan hingga pada akhirnya gagal berangkat.