Kisah Inspiratif

Kisah Pria Lhokseumawe Sukses Berkarir di RS Australia, Sempat Gagal ke Belanda dan Jual Semua Aset

Setelah berhasil bangkit, dia pun harus mengorbankan semua aset yang sudah dia kumpulkan dari nol, untuk bisa berangkat ke Australia.

Penulis: Yeni Hardika | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Ridwan Amin (41), pria asal Desa Alue Awee, Kota Lhokseumawe yang bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit ternama di Melbourne, Australia. 

"Setelah itu ada kawan-kawan saya yang berhasil berangkat (ke Belanda) lewat perusahaan lain, ada yang ngajak saya. Tapi karena khawatir dan takut gagal kedua kali, saya bilang mereka aja dulu yang berangkat,"

"Waktu itu saya bilang, saya mau cari kerja dulu. Karena saya udah ga ada uang sama sekali, mau ngelapor ke Aceh ga berani, malu. Jadi saya mau berjuang dulu di Jakarta, cari kerja untuk bertahan hidup," jelasnya.

Ridwan yang saat itu berusia sekitar 22 tahun menjalani kehidupan dengan biaya pas-pasan, hingga akhirnya berhasil mendapat pekerjaan di salah satu klinik tiga bulan setelahnya.

Baca juga: Kisah Mantan Juru Masak Hasan Tiro Dipuji Istri Mantan Presiden Amerika Serikat

Sembari bekerja dia melanjutkan pendidikannya ke jenjang S1 di Stikes Binawan, Jakarta, yang sekaligus merupakan jembatan karirnya di Australia.

Pada tahun 2004, dia mengikuti program kursus Bahasa Inggris yang diadakan oleh kampus tersebut untuk diberangkatkan ke Australia.

Tapi, dia dihadapkan dengan pilihan yang sulit, bukan soal biaya kursus, tapi karena permasalahan jadwal.

"Diterima kursus Bahasa Inggris untuk ke Australia itu dilema bagi saya, saya harus buat pilihan. Pertama saya keluar dari pekerjaan dan fokus ke Bahasa Inggris. Kedua, tidak usah ikut program ini, lanjutkan bekerja. Program kuliahnya mulai jam 7 pagi sampai jam 6 sore. Jadi tidak ada waktu bekerja,"

"Waktu itu saya sudah punya motor dan sanggup sewa rumah sendiri. Kalau saya gagal saya harus mulai dari nol lagi. Ikut program ini, saya harus jual semuanya untuk biaya hidup. Karena program itu masanya 4 bulan tanpa berhenti" paparnya.

Dikatakannya, saat berdiskusi soal pilihan itu pada orang tuanya, mereka hanya bisa memberi dukungan serta doa.

Begitupun kakak kandungnya yang mengembalikan keputusan itu pada dirinya, terlebih setelah sempat gagal berangkat ke luar negeri sebelumnya.

"Kata kakak saya, kalau saya yakin, jual aja semua yang saya punya dan fokus ikut kuliah. Kalau seandainya gagal, uang maharnya akan dia jual supaya saya bisa mulai kehidupan lagi di Jakarta," ujar Ridwan dengan nada sedihnya.

Baca juga: VIDEO Semarak Idul Fitri di Australia Barat, Tim Meunasah Aceh Shalat Ied di Mills Park Center

Berkat dukungan sang kakak, Ridwan akhirnya memutuskan menjual semua aset yang dia miliki di Jakarta, termasuk barang-barang isi rumahnya seperti televisi, kulkas, kompor hingga kasur.

Total penjualannya dia gunakan untuk menopang kehidupannya selagi fokus mengikuti kursus Bahasa Inggris secara gratis di kampusnya selama 4 bulan.

"Saya masih ingat totalnya (jual aset) Rp 5.400.000. Kalau dengan nilai uang sekarang mungkin sekitar Rp 15 juta. Sudah saya target cukup untuk hidup 4 bulan. Tapi setelah putuskan itu, ada teman yang ngajak tinggal di rumahnya. Uang saya disuruh simpan," ceritanya.

Pada tahun 2006, dia pun berhasil lulus dan berangkat ke Australia.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved