Internasional
Erdogan Gulingkan Tiga Gubernur Bank Sentral, Lira Turki Jebol ke Titik Terendah
Mata uang Lira Turki jatuh ke titik terendah menjadi 8,6 Lira per dolar AS pada Jumat (28/5/2021).
SERAMBINEWS.COM, ISTANBUL - Mata uang Lira Turki jatuh ke titik terendah menjadi 8,6 Lira per dolar AS pada Jumat (28/5/2021).
Kekhawatiran inflasi global, bank sentral akan segera memangkas suku bunga dan kekhawatiran atas kemungkinan pemilihan awal menjadi pemicu turunnya nilai tukr Lira atas dolar AS.
Lira sejauh ini merupakan pemain terlemah di pasar negara berkembang tahun ini.
Tergelincir melampaui level terendah November 2020 di 8,58 per dolar AS.
Hal itu menandai langkah terbaru dalam depresiasi selama bertahun-tahun yang telah membebani ekonomi utama Timur Tengah itu, seperti diansir AFP, Jumat (28/5/2021).
Lira sempat betahan di 8,575 terhadap dolar AS AS pada 10:52 GMT, menjelang tinjauan S&P Global yang dapat menurunkan peringkat kredit Turki.
Juga mencatat titik terendah baru, 10,4696 lira per Euro.
Meskipun inflasi Turki telah meningkat di atas 17 persen pada April 2021, bank sentral mengatakan inflasi akan turun.
Baca juga: Erdogan Minta Perusahaan AS Buka Kembali Hubungan Lebih Baik Lagi dengan Turki
Diharapkan juga untuk menurunkan suku bunga dari 19 persen dalam beberapa bulan mendatang.
Tetapi ketika dunia bangkit dari pandemi, inflasi global telah meningkat dan mengangkat imbal hasil obligasi AS.
Hal itu pada gilirannya menarik dana dari pasar negara berkembang seperti Turki.
Sehingga, memukul lira dan menempatkan lebih banyak tekanan ke atas harga domestik karena impornya yang besar.
"Pengetatan moneter yang lebih awal dari yang diharapkan di negara-negara maju adalah risiko paling serius bagi Turki," kata Hakan Kara, Mantan Kepala Ekonom di Bank Sentral yang sekarang di Universitas Bilkent.
"Sehingga memicu tekanan inflasi yang terus meningkat di seluruh dunia," ujarnya.
"Jika ada penurunan awal pembelian aset Federal Reserve AS, tidak akan menjadi kabar baik, bagi negara-negara berkembang, terutama yang menghadapi kerapuhan eksternal," katanya di panel Bank Dunia, Kamis (27/5/2021).
Lira telah jatuh 16 persen sejak pertengahan Maret 2021, ketika Presiden Recep Tayyip Erdogan tiba-tiba memecat Kepala Bank Sentral.
Menggantinya dengan Sahap Kavcioglu, yang mengkritik kenaikan suku bunga baru-baru ini.
Bankir mengatakan penurunan mata uang empat hari sebagian mencerminkan seruan untuk pemilihan awal dari partai-partai oposisi.
Dalam menghadapi tuduhan yang tidak berdasar terhadap pejabat pemerintah dari bos mafia.
Serangkaian tuduhan Sedat Peker bulan ini, yang video YouTube-nya telah ditonton jutaan, orang.
Sehingga, memaksa Presiden Recep Tayyip Erdogan membela menteri dalam negeri dan bersikeras pemilu tidak akan terjadi hingga 2023 sesuai jadwal.
Baca juga: Erdogan Kecam UEFA, Final Liga Champions di Istanbul Dibatalkan, Pindah ke Porto
Lira telah merosot lebih dari setengah nilainya dalam tiga tahun terakhir.
Karena Erdogan telah menggulingkan tiga gubernur bank sentral.
Pemerintahnya juga menggunakan kebijakan yang tidak ortodoks yang menurut para analis telah membuat ekonomi lebih rentan terhadap krisis.
Cadangan mata uang asing anjlok dalam dua tahun terakhir karena bank-bank pemerintah menjual sekitar $ 128 miliar dolar untuk menstabilkan lira.
Membuat Turki berpotensi rentan jika perusahaan dan bank kesulitan memenuhi kewajiban utang luar negeri yang tinggi.
Bahkan ketika ekonomi diperkirakan akan kembali ke bentuknya dengan pertumbuhan lebih dari 5 persen tahun ini, sektor pariwisata menghadapi musim yang hilang dan pendapatan yang tidak seberapa.
Sehingga, meningkatkan defisit neraca berjalan yang sudah besar.
Dalam sebuah pernyataan pada Jumat (28/5/2021) Kavcioglu mengatakan transaksi berjalan harus terus membaik dan bank sentral akan bertindak tegas untuk menurunkan inflasi.
Kemudian pada hari Jumat, S&P diatur untuk meninjau peringkat B + Turki.
Pasar pertukaran utang kredit, yang terkadang menjadi indikator utama pergerakan, saat ini memberi harga Turki dua tingkat di bawah peringkat S&P saat ini sejalan dengan negara-negara dengan peringkat B.
Naci Agbal, yang mendahului Kavcioglu di bank sentral, menjabat kurang dari lima bulan sebagai gubernur dan diangkat sehari setelah lira mencatat rekor terendah terakhir pada November 2020.
Baca juga: Erdogan Resmikan Masjid Megah di Pusat Kota Istanbul, Mengikis Warisan Sekuler Ataturk
Kenaikan suku bunga agresif Agbal untuk sementara menarik investor asing dan mengangkat mata uang.
Tetapi Tatha Ghose, analis di Commerzbank, mengatakan penentangan publik Erdogan terhadap suku bunga tinggi dan perombakan kepemimpinannya yang cepat telah merusak kredibilitas bank sentral.
"Setiap ledakan risiko depresiasi memicu krisis lira baru karena mulai memberi makan kembali ke inflasi yang lebih tinggi," katanya.
"Bahkan, tidak dapat dilawan oleh bank sentral karena tidak bisa menaikkan suku bunga secara kredibel," jelasnya.(*)
