Internasional

Warga Mosul Khawatirkan Kembalinya Ratusan Keluarga ISIS, Mimpi Buruk Akan Muncul Lagi

Warga Kota Mosul, Irak mulai mengkawatirkan kembali ratusan keluarga ISIS dari Suriah. Kembalinya mereka yang sempat bergabung dengan kelompok ISIS

Editor: M Nur Pakar
AFP/Zaid AL-OBEIDI
Seorang ibu bersama anaknya berjalan di kamp pengungsi Al-Jadaa, pinggiran al-Qayyarah, selatan Mosul, Irak pada 11 Februari 2021. 

Keluarga-keluarga itu dikirim menuju Qayyarah, sebuah daerah di selatan Mosul yang menjadi rumah bagi kamp Al-Jadaa.

Kamp itu menampung hampir 7.500 orang terlantar dan keluarga para jihadis di dua wilayah terpisah, kata kementerian Irak untuk para pengungsi.

"Bagaimana kami bisa menerima mereka kembali sementara banyak orang masih berduka untuk setidaknya satu anggota keluarga mereka yang hilang oleh ISIS dan tubuhnya tidak pernah ditemukan?" kata Omar.

Kurdi Suriah telah berulang kali mendesak komunitas internasional.

Uuntuk memulangkan warga negara asing yang ditahan di timur laut negara itu.

Tetapi seruan itu sebagian besar tidak didengarkan.

Baca juga: Menuduh Negara Teluk Bawa ISIS ke Arab, Menteri Luar Negeri Lebanon Mengundurkan Diri

Warga Irak merupakan hampir setengah dari penduduk Al-Hol, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Merupakan tugas negara untuk menerima warga Irak yang dipulangkan dan menempatkan mereka di kamp-kamp yang ada sebelum mengintegrasikan ke daerah asal mereka," kata Evan Gabro, Menteri Migrasi dan Pengungsi.

Direktur administrasi distrik Qayyarah Salah Hasan Al-Jubburi berusaha meyakinkan warga.

"Keluarga tidak mewakili bahaya keamanan, meskipun saya memahami tentangan populer karena mereka berasal dari Al-Hol," kata Jubburi.

Dia mengatakan sebagian besar pendatang adalah wanita dan anak-anak.

Hampir semuanya berasal dari provinsi tetangga Anbar, yang juga bekas benteng pertahanan ISIS.

“Hanya ada empat atau lima keluarga yang berasal dari Niniwe,” kata Jubburi.

Ali Al-Bayati, anggota komisi hak asasi manusia Irak, mengatakan ketakutan warga berasal dari kurangnya transparansi.

“Tidak ada yang tahu apakah orang-orang ini telah diinterogasi atau apakah mereka akan diselidiki,” katanya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved