Fakta 3 Bocah SD Bergelantungan Seberangi Sungai, Bukan Tak Ada Jembatan, Tapi Cari Jalan Pintas
Dalam darasi video yang beredar, dikatakan jika anak-anak tersebut menyeberangi sungai untuk berangkat sekolah
Penulis: Faisal Zamzami | Editor: Faisal Zamzami
SERAMBINEWS.COM - Viral di media sosial tiga bocah sekolah dasar (SD) menyeberangi sungai dengan cara tak biasa.
Dari video viral di media sosial, tampak tiga anak SD yang masih mengenakan seragam merah putih menyeberang sungai kecil dengan bergelantungan di keranjang rotan.
Ketiganya tampak menarik keranjang yang terikat tali.
Kemudian mereka meluncur ke seberang seperti flying fox.
Dalam narasi video yang beredar, dikatakan jika anak-anak tersebut menyeberangi sungai untuk berangkat sekolah
Aksi anak-anak tersebut menjadi perhatian banyak kalangan.
Sebab, tempat penyeberangan itu cukup berisiko bagi keselamatan mereka.
Bagaimana fakta sebenarnya?
Lokasi Kejadian
Diketahui, peristiwa itu terjadi di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Berdasarkan penelusuran Tribunpekanbaru.com, video viral ini diambil di daerah Desa Kuntu Kecamatan Kampar Kiri.
Lokasi tempat terjadinya peristiwa ini merupakan perbatasan antara dua desa yakni Desa Kuntu dn Desa Kuntu Darussalam.
Identitas Tiga Bocah SD
Dikutip Serambinews.com dari Kompas.com, Babinsa Koramil 05/Kampar Kiri, Kodim 0313/KPR, Serma Kariawanto membenarkan video viral itu berada di Desa Kuntu, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau.
Serma Karyawanto mengatakan, dia sudah datang menemui warga setempat dan anak-anak tersebut, Jumat (11/6/2021).
Tiga bocah SD yang ada dalam video itu berinisial DZ (11) dan adiknya JZ (8), serta MW (8).
Ketiganya murid SD Kuntu Darussalam.
DZ kelas dua, sedangkan JZ dan MW kelas satu.
"Itu anak-anak penjaga kebun sawit di sana. Di seberang situ memang ada empat rumah warga yang menjaga kebun sawit milik orang lain," kata Kariawanto melalui sambungan telepon, Kamis (10/6/2021).
Dirinya mengaku sudah datang ke lokasi dan menemui pemilik kebun sawit.
Pengakuan Orang Tua: Cari Jalan Pintas

Dikutip Serambinews.com dari Kompas.com, dari penjelasan orangtua ketiga bocah itu, mereka bergelantungan agar lebih cepat sampai ke rumah.
Ada jalan dan jembatan di sekitar daerah itu.
Namun, mereka memilih jalan pintas dengan menaiki keranjang yang sebenarnya digunakan untuk mengangkut buah sawit.
Jalan yang seharusnya dilalui oleh anak-anak itu ada di samping kebun menuju sekolah.
"Saya sudah cerita sama mereka dan mereka mengaku menyeberang sungai dengan bergelantungan di keranjang rotan itu karena takut sepatunya basah" katanya.
"Dan mereka mengaku juga biasa saja. Katanya perasaan takut cuma sedikit," cerita Karyawanto saat dihubungi Kompas.com, Jumat.
"Kata penjaga kebun selama ini tidak pernah dilakukan oleh anak-anak untuk menyeberang di situ. Karena lokasi itu memang khusus buat melansir sawit ke seberang sungai," kata Karyawanto menambahkan.
Kepala Desa: Itu Jalan untuk Angkut Sawit

Berdasarkan keterangan dari Kepala Desa Kuntu Asril, bahwa tempat penyeberangan anak-anak tersebut bukan akses jalan desa.
Tetapi, jalan yang dibuat oleh pemilik kebun untuk mengangkut buah kelapa sawit.
Di kebun sawit itu juga terdapat tiga barak yang ditempati oleh pekerja kebun dan mereka bukan penduduk Desa Kuntu, melainkan perantau dari Pulau Nias.
Kendati demikian, anak-anak itu telah diingatkan agar tidak lagi menaiki keranjang tersebut.
"Karena itu berbahaya, saya ingatkan kepada mereka biar tidak lagi menyeberang di situ" katanya.
"Kepada orangtuanya juga kita sampaikan agar mengawasi anak-anaknya dalam menimba ilmu ke sekolah," ujar Karyawanto.
Keranjang tersebut juga kerap dijadikan anak-anak untuk bermain.
Karyawanto mengatakan, Bupati Kampar bersama Polsek Kampar Kiri, camat dan kepala desa juga datang mengecek lokasi penyeberangan anak-anak itu.
Lokasi Dikebun Milik Warga
Kepala Desa (Kades) Kuntu Darussalam, Maldanis, Kamis (10/6/2021) mengatakan bahwa akses jalan yang layak sebenarnya ada antara kedua desa.
"Namun, lokasi tempat peristiwa tersebut memang jauh. Jika anak sekolah yang tinggal di lokasi itu berjalan kaki ke sekolah jaraknya memang jauh," ungkapnya.
Ia mengatakan disekitar lokasi tempat video tersebut diambil terdapat perumahan pekerja dari perkebunan milik pribadi tersebut.
Kebun tersebut diketahuinya milik pribadi seseorang bernama Aidil Joni.
"Kebunnya luas di situ. Kurang lebih 200 Ha luas kebun tersebut, karena itu tidak mungkin pula rasanya desa membangunkan fasilitas infrastruktur di tanah milik orang pribadi yang hasil kebunnya banyak, bisa marah nanti warga desa," ujarnya.
Ia mengatakan, dirinya bersama Kepala Desa Kuntu sudah menyampaikan kepada pemilik kebun agar membuatkan jembatan.
"Kabarnya udah datang besi untuk membuat jembatan ketempat itu," ungkapnya.
Dirinya berharap pemilik kebun bisa segera membangun jembatan di lokasi.
Kata Warga
Warga Kampar Kiri, Dodi membenarkan adanya aktifitas anak-anak menyeberang melewati sungai.
Sungai yang dilewati anak-anak tersebut bernama Sungai Geringging.
Ia mengatakan sekolah dasar memang berada di seberang.
Menurutnya keranjang tempat bergelantungan para siswa tersebut menyeberang merupakan keranjang yang umumnya digunakan untuk menyeberangkan tandan buah sawit.
"Ada jalan layak menuju sekolah dari lokasi tersebut, tetapi jika melewati jalan yang layak, yang juga terdapat jembatan perjalanan siswa jadi semakin jauh," katanya.
Dodi menuturkan bahwa lokasi tempat siswa bergelatungan tersebut lokasinya berada di tengah hamparan kebun sawit luas.
"Hamparan kebun sawit ini milik pribadi seorang warga, lokasinya tidak begitu jauh juga dari Lipat Kain," ungkapnya.
Viral Medsos
Sebelumnya, viral di media sosial tiga orang anak sekolah dasar (SD) menyeberangi sungai dengan cara tak biasa.
Dari video viral, tiga anak SD masih mengenakan seragam merah putih menyeberang sungai dengan bergelantungan di keranjang rotan.
Ketiganya tampak menarik keranjang yang terikat tali.
Kemudian mereka meluncur ke seberang seperti di flying fox.
Aksi anak-anak tersebut menjadi perhatian banyak kalangan.
Sebab, tempat penyeberangan itu cukup berisiko bagi keselamatan mereka.
Dari komentar di sejumlah akun Instagram yang menggugah video itu, terlihat netizen memberikan komentar negatif terhadap pemerintah daerah maupun para pejabat.
Mereka mempertanyakan kinerja pemda hingga membiarkan tiga bocah tersebut bertaruh nyawa untuk ke sekolah. (Serambinews.com/ Kompas.com/ Tribunpekanbaru)
Baca juga: Terduga Pelaku Perampokan di Aceh Jaya Ternyata Berasal dari Palembang
Baca juga: Hari Kedua Karantina di Padang, Ini Kegiatan Miss Teen Star Aceh
Baca juga: Jalan Provinsi Menuju Ibu Kota Aceh Singkil Dipenuhi Lubang