Covid 19
Dokter Bongkar Mitos dan Teori Konspirasi Vaksin Covid-19 yang Populer di Kalangan Masyarakat
Teori Konspirasi dan mitos-mitos mengenai vaksin Covid-19 menyebar di media sosial, bahkan sebagian masyarakat mempercayainya dengan anggapan-anggapan
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM - Seorang dokter di Amerika Serikat menjelaskan tentang mitos dan teori konspirasi mengenai vaksin Covid-19 yang beredar di tengah-tengah masyarakat.
Teori Konspirasi dan mitos-mitos mengenai vaksin Covid-19 menyebar di media sosial, bahkan sebagian masyarakat mempercayai bahwa Covid-19 ini adalah bagian dari konspirasi.
Melansir dari Healthline, Senin (26/7/2021) Dr William Schaffner yakni tenaga kedokteran preventif dan penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Amerika Serikat menjelaskan mengenai mitos tersebut.
Baca juga: Gubernur Aceh bersama Wali Kota Sabang Semangati Tim Vaksinator Covid-19 Puskesmas di Kota Sabang
MITOS
Vaksin tidak berfungsi
Robert Amler, dekan Fakultas Ilmu dan Praktik Kesehatan New York Medical College dan mantan kepala petugas medis CDC mengatakan banyak bukti menunjukkan bahwa vaksin telah menyebabkan pengurangan penyakit di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
“Melalui vaksinasi, cacar telah diberantas di seluruh dunia. Melalui vaksinasi, polio telah dieliminasi dari Belahan Bumi Barat, Eropa, dan Oseania, dengan hanya beberapa kantong yang tersisa di beberapa negara.
Dan melalui vaksinasi massal, tingkat COVID-19 telah menurunkan secara dramatis pada kuartal kedua tahun 2021,” kata Amler kepada Healthline seperti dikutip Serambinews.com.
“Kami tahu apa profil keamanannya dan kami tahu saat kami menggunakan lebih banyak vaksin, kasus berkurang, rawat inap turun, dan begitu juga kematian, jadi itu bukti bahwa mereka benar-benar berhasil,” kata Schaffner.
Baca juga: Stok Vaksin Covid-19 di Aceh Besar Menipis
Vaksin COVID-19 membuat Anda magnetis
Pada awal Juni, Dr. Sherri Tenpenny, yang berbasis di Cleveland, mengklaim bahwa vaksin COVID-19 dapat mengubah manusia menjadi magnet berkat menara telekomunikasi 5G.
Saat berbicara dengan anggota parlemen Ohio, dia menggunakan klaimnya untuk membenarkan perlunya undang-undang untuk menghentikan bisnis dan lembaga pemerintah agar tidak memerlukan vaksinasi.
“Sulit untuk mengatakan apa pun tentang ini kecuali itu jelas tidak benar. Jika ini masalahnya, aneh bahwa kita tidak melihat semua tetangga kita yang divaksinasi berjalan-jalan dengan logam di atasnya. Saya telah divaksinasi dan saya dapat meyakinkan Anda bahwa saya tidak magnetis,” kata Schaffner.
Baca juga: Pria Pengangguran Ini Tipu Keluarga Pasien Covid-19, Modus Jual Oksigen Rp 7,5 Juta di Medsos
Vaksin COVID-19 membuat Anda tidak subur
Selama beberapa dekade, risiko infertilitas telah digunakan sebagai cara untuk menakut-nakuti orang dari perawatan yang sah, kata Amler.
Mitos ini salah dalam hal vaksin COVID-19 karena vaksin tidak mendekati DNA dalam sel Anda, jelas Schaffner.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), vaksin mRNA ajari sel kita cara membuat protein atau bahkan hanya sepotong protein yang memicu respons imun di dalam tubuh kita.
“Ini seperti membawa cetak biru ke tubuh untuk menciptakan perlindungan, dan vaksin itu sendiri sangat labil sehingga langsung hancur. Kami mengeluarkannya segera setelah pesan dikirim ke sel kami, sehingga tidak tertinggal di tubuh Anda,” kata Schaffner.
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mengadakan kelompok ahli nasional tentang semua aspek reproduksi dan melihat vaksin COVID-19.
ACOG menyimpulkan bahwa vaksin harus ditawarkan dan aman bagi orang yang berpikir untuk hamil, ingin hamil, sedang hamil, atau sedang menyusui.
Baca juga: UPDATE Kasus Covid-19 di Aceh, Bertambah 200 Orang, Kasus Positif Capai 21.781 Orang
Pemerintah menempatkan microchip dalam vaksin COVID-19 untuk melacak Anda
Teori konspirasi tentang pemerintah yang menggunakan vaksin untuk melacak orang dan orang kaya seperti Bill Gates berada di balik gagasan itu salah.
“Secara fisik, chip tidak cukup kecil sehingga bisa disuntik dengan jarum. Vaksin COVID-19 adalah kesehatan masyarakat sederhana yang kuno.," katanya lagi.
Baca juga: Sudah Dua Pekan Nakes RSU Cut Meutia Jalani Isolasi Mandiri Karena Covid-19
Vaksin menyebabkan autisme
Pada tahun 1998, dokter Inggris Andrew Wakefield melakukan penelitian yang mengklaim adanya hubungan antara autisme dan vaksin campak, gondok, dan rubella (MMR).
Sementara penelitian ini diterbitkan dalam jurnal terkemukaLancet, kemudian ditarik kembali dan ditemukan tidak etis dan tidak faktual.
Wakefield juga kehilangan lisensinya di Inggris.
“Ini terbukti tidak benar, sebagaimana dibuktikan oleh sejumlah besar investigasi peer-review dan diterbitkan. Para pelaku mitos khusus ini telah didiskreditkan secara luas,” kata Amler.
Namun, informasi yang salah Wakefield terus menyebar selama beberapa dekade. (Serambinews.com/Syamsul Azman)
Baca juga: BERITA POPULER - Kisah Irma Pramugari yang Tolak Cinta Soekarno hingga Biodata Lengkap Herlin Kenza
Baca juga: BERITA POPULER – Misteri Wanita Penggoda di Pidie, Pembunuhan Toke Butut, Respon Herlin Kenza
Baca juga: BERITA POPULER - Tokoh Kristen di Aceh, Puluhan Kendaraan Putar Balik hingga Info CPNS Aceh Singkil