Internasional
Perekonomian Arab Saudi Mulai Pulih, Pendapatan Pajak dan Penjualan Minyak Melonjak
Kerajaan Arab Saudi mengalami Pemulihan Ekonomi yang kuat selama Pandemi virus Corona. Defisit anggaran Kerajaan menyempit tajam dalam enam bulan
SERAMBINEWS.COM, RIYADH - Kerajaan Arab Saudi mengalami Pemulihan Ekonomi yang kuat selama Pandemi virus Corona.
Defisit anggaran Kerajaan menyempit tajam dalam enam bulan pertama tahun ini,
Seusai Kerajaan menerapkan lebih banyak disiplin fiskal dan meningkatkan sumber pendapatan non-minyak, terutama pajak.
Defisit untuk paruh pertama tahun 2021 turun secara mengejutkan, hanya 8 persen dibandikan periode sama tahun lalu sebesar SR12 miliar atau sekitar Rp 46 triliun.
Dilansir ArabNews, Selasa (10/8/2021), Arab Saudi terus menjaga pengeluaran dengan ketat di level yang sama.
Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar di dunia, tahun lalu dilanda guncangan ganda Covid-19 dan rekor harga minyak yang terendah.
Baca juga: Pria Arab Saudi Senang Koleksi Mobil Klasik Sejak Usia 15 Tahun, Setiap Unit Punya Kisah Sendiri
Namun, rebound permintaan minyak mentah dan pelonggaran pembatasan virus Corona telah membantu mengangkat ekonomi dalam beberapa bulan terakhir.
Sebagian besar peningkatan harga minyak terjadi karena Arab Saudi bekerjasama dengan Rusia dan produsen sekutu lainnya.
Khususnya untuk menyeimbangkan pasar melalui pengurangan produksi secara sukarela.
Dengan pendapatan minyak yang meningkat dan lebih banyak pinjaman pemerintah, para analis percaya defisit tahun ini akan terus turun.
“Kami memperkirakan defisit turun menjadi SR62 miliar untuk setahun penuh, dari SR141 miliar yang kami harapkan di awal tahun," kata Mazen Al-Sudairi, Kepala penelitian di AlRajhi Capital.
Dikatakan, hal itu didukung oleh pendapatan minyak yang diuntungkan dari pemulihan pasar.
Baca juga: Wanita Arab Saudi Mulai Duduki Jabatan Penting di Lembaga Dua Masjid Suci
Kementerian Keuangan Arab Saudi mengatakan ekonomi telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang lebih kuat.
Hal itu sejalan dengan pertumbuhan global, yang mengarah pada peningkatan penjualan minyak di luar negeri dan lebih banyak aktivitas nonmigas di dalam negeri.
Total penerimaan negara pada semester pertama meningkat 39 persen menjadi SR453 miliar atau sekitar Rp 1.739 triliun.