Internasional

Warga Lebanon Blokir Jalan di Seluruh Negeri, Tolak Subsidi BBM Dicabut

Warga Lebanon yang marah memblokir jalan-jalan di seluruh negeri, setelah Bank Sentral mencabut subsidi BBM.

Editor: M Nur Pakar
AFP/ANWAR AMR
Ratusan pengendara antre di depan sebuah SPBU di ibu kota Lebanon, Beirut, Jumat (13/8/2021) 

SERAMBINEWS.COM, BEIRUT - Warga Lebanon yang marah memblokir jalan-jalan di seluruh negeri, setelah Bank Sentral mencabut subsidi BBM.

Bank Sentral telah mengatakan tidak mampu lagi mensubsidi impor bahan bakar di bawah tarif pasar gelap.

Ekonomi Lebanon telah runtuh dan cadangan devisa menyusut dan keputusan itu dianggap sebagai pencabutan subsidi bahan bakar secara de facto.

Konfrontasi dengan tentara meletus di Tripoli di tengah kekurangan solar untuk menjalankan generator swasta.

Solar hanya tersedia di pasar gelap dengan harga dua kali lipat dari harga subsidi.

Protes juga meletus di sekitar rumah Perdana Menteri yang ditunjuk Najib Mikati di Tripoli.

Para pengunjuk rasa dari kota selatan Sarafand menyerbu pembangkit listrik Al-Zahrani menuntut listrik dihidupkan kembali.

Mereka beralasan, kekurangan solar menghalangi pengoperasian generator swasta.

Mereka menyatakan nepotisme dalam mendistribusikan solar kepada yang berkuasa dan hampir tidak memberikan apapun kepada orang biasa.

Baca juga: Warga Lebanon Kecam Hizbullah, Tuduh Sebagai Biang Krisis Ekonomi dan Halangi Pemerintahan Baru

Orang-orang memblokir jalan di utara, selatan dan timur negara itu sebagai protes terhadap kondisi kehidupan yang terus memburuk.

Pengemudi terjebak dalam antrean panjang di luar SPBU aktif yang tersisa, bergegas mengisi sebelum Kementerian Energi mengumumkan harga baru.

harga bensin diperkirakan setidaknya tiga kali lipat, menurut proyeksi think tank Information International.

Pound Lebanon telah kehilangan lebih dari 90 persen nilainya terhadap dolar AS di pasar gelap dalam waktu kurang dari dua tahun.

Riad Salameh, Gubernur Bank Sentral Lebanon, memberi tahu Presiden Michel Aoun bahwa dia tidak dapat melanjutkan subsidi bahan bakar.

Kecuali di bawah undang-undang yang dikeluarkan oleh parlemen yang mengizinkan penggunaan investasi valuta asing.

Sebuah kampanye diluncurkan terhadap keputusan Salameh oleh aktor politik, terutama kepala Gerakan Patriotik Bebas, MP Gebran Bassil, yang mengatakan keputusan itu sebagai kudeta.

Para ahli mengantisipasi harga satu galon bahan bakar untuk mencapai 336.000 pound Lebanon atau $222 berdasarkan nilai tukar dolar di pasar gelap.

Harga itu setara dengan setengah dari upah minimum di Lebanon.

Baca juga: Demonstran Lebanon Bawa Peti Mati, Simbol Pemakaman Bagi Korban Tewas Ledakan Pelabuhan Beirut

Mereka juga berspekulasi harga satu galon diesel bisa mencapai 272.000 pound jika nilai tukar 20.000 pound terhadap dolar diadopsi.

Bassil menuduh Salameh melakukan pembantaian terhadap Lebanon.

Dia mengatakan Salameh sebagai Gubernur Bank Sentral, bukan gubernur negara itu.

Dia meminta para pendukungnya untuk turun ke jalan.

Pemimpin Druze Walid Jumblatt mengatakan:

"Keputusan Gubernur Bank Sentral adalah untuk menghentikan penyelundupan bahan bakar ke Suriah.

Dia mengatakan solusi untuk krisis bahan bakar adalah pengembangan transportasi umum dan tidak ada jalan keluar bagi presiden dan tim politiknya.

Analis ekonomi Violette Balaa kepada Arab News, Jumat (13/8/2021) mengatakan :

“Keputusan mensubsidi barang-barang adalah tindakan sementara yang mungkin telah membantu warga melewati tahap yang sulit."

"Tetapi tindakan itu sekarang harus radikal."

"Harus ada pemerintah penyelamat yang melakukan reformasi dan menunjukkan kredibilitas kepada masyarakat internasional.”

Balaa mengatakan keputusan Salameh untuk menghentikan subsidi BBM adalah tepat.

Karena dia tidak bisa menggunakan simpanan rakyat yang merupakan bagian dari cadangan wajib.

Dia berulang kali memperingatkan kebijakan subsidi menguntungkan penyelundup, monopolis, pedagang besar dan orang kaya di Lebanon.”

Secara terpisah, kuorum sidang paripurna parlemen yang dijadwalkan membahas pencabutan kekebalan para deputi yang menjadi tersangka ledakan pelabuhan Beirut tahun lalu tidak selesai.

Tiga puluh sembilan deputi menghadiri sidang tersebut.

Sebagian besar dari mereka berasal dari blok Hizbullah, blok Pembangunan dan Pembebasan yang dipimpin oleh Ketua Parlemen Nabih Berri.

Termasuk Gerakan Marada, Partai Nasionalis Sosial Suriah dan tiga wakil mewakili blok Masa Depan.

Baca juga: Pengendara Membludak di SPBU Lebanon, Keributan Meletus, Tiga Orang Tewas

Lima belas pengunjuk rasa dari keluarga yang terkena dampak ledakan 4 Agustus 2020 terluka oleh pemukulan parah pada Rabu (11/8/2021) malam oleh penjaga keamanan.

Aktivis melanggar langkah-langkah keamanan yang diambil di Istana dan memasuki gedung.

Mereka meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan para hakim untuk tidak memihak dalam penyelidikan ledakan pelabuhan Beirut.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved