Berita Lhokseumawe

Bakal Terjadi Gerhana Matahari Total Pada Tahun 2021 Ini, Berikut Hasil Kajian Ilmu Falak

Dosen Ilmu Falak Jurusan Jurusan Astronomi Islam Fakultas Syariah  IAIN Lhokseumawe, Tgk Ismail Is, menjelaskan sesuai kajian ilmu falak sepanjang

Penulis: Saiful Bahri | Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
Dosen Ilmu Falak Jurusan Astronomi Islam Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, Tgk Ismail Is. 

Dosen Ilmu Falak Jurusan Jurusan Astronomi Islam Fakultas Syariah  IAIN Lhokseumawe, Tgk Ismail Is, menjelaskan sesuai kajian ilmu falak sepanjang tahun 2021 ini, ada empat kali terjadi gerhana. 

Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Sesuai hasil kajian ilmu falak sepanjang tahun 2021 terjadi empat kali gerhana. Dua gerhana bulan dan dua gerhana matahari. 

Dari dua kali gerhana matahari, salah satunya adalah gerhana matahari total.

Dosen Ilmu Falak Jurusan Jurusan Astronomi Islam Fakultas Syariah  IAIN Lhokseumawe, Tgk Ismail Is, menjelaskan sesuai kajian ilmu falak sepanjang tahun 2021 ini, ada empat kali terjadi gerhana. 

"Dua kali sudah berlangsung, yakni Gerhana Bulan Total pada 26 Mei 2021 M atau 15 Syawal 1442 H dan Gerhana Matahari Cincin, 10 Juni 2021 Masehi atau 29 Syawal 1442 Hijriah," katanya pada Minggu (15/8/2021).

Sedangkan dua kali gerhana yang masih akan terjadi adalah Gerhana Bulan Parsial, pada 19 November 2021 M atau 15 Rabiul Akhir 1443 H dan Gerhana Matahari Total, 4 Desember 2021 M atau 29 Rabiul Akhir 1443 H.

"Jadi gerhana matahari total akan terjadi diakhir tahun ini," ujarnya.

Namun dipastikan Tgk Ismail, untuk gerhana matahari total pada 4 Desember 2021 dan gerhana bulan parsial pada 19 November 2021, tidak akan bisa disaksikan di Aceh.

Sebabnya, Gerhana Bulan Parsial, 19 November 2021 Masehi atau 15 Rabiul Akhir 1443 Hijriah tidak terlihat di Aceh, karena saat terjadi gerhana, matahari belum terbenam di Aceh.

Seterusnya, Gerhana Matahari Total, 4 Desember 2021 M atau 29 Rabiul Akhir 1443 Hijriah, tidak terlihat di Aceh karena kejadian gerhama terjadi di kutup Selatan.

Untuk diketahui, gerhana merupakan peristiwa terhalangnya cahaya dari sebuah sumber oleh benda yang lain, seperti terhalang cahaya matahari oleh bulan yang menyebabkan terjadinya gerhana matahari dan terhalang cahaya matahari oleh bumi yang menyebabkan gerhana bulan. 

Gerhana matahari terjadi pada fase bulan baru (new moon).

Sedangkan gerhana bulan terjadi pada fase bulan purnama (full moon), namun tidak setiap bulan baru akan terjadi gerhana matahari dan tidak setiap bulan purnama terjadi gerhana bulan. 

Hal ini disebabkan bidang orbit bulan dalam mengitari bumi tidak sejajar dengan bidang orbit bumi dalam mengitari matahari. 

Gerhana matahari dikenal ada empat jenis:

Pertama gerhana matahari total, dimana saat puncak gerhana terjadi, seluruh piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan, sehingga matahari terlihat hitam dan memancarkan cahaya korona yang indah. 

Kedua, gerhana parsial, dimana saat puncak gerhana terjadi hanya sebagian piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan. 

Ketiga, gerhana cincin, dinamai dengan cincin karena saat puncak gerhana terjadi, piringan bulan hanya menutupi pertengahan piringan matahari saja, sehingga matahari terlihat bercahaya pada lingkaran pinggir saja yang berbentuk mirip cincin dan pada posisi tengah matahari berwarna hitam. 

Keempat, gerhana hibrida, di mana saat puncak gerhana terjadi, di satu daerah terlihat gerhana matahari total dan di daerah lain terlihat berbentuk gerhana cincin. 

Gerhana jenis terakhir ini tergolong peristiwa gerhana yang relatif jarang terjadi atau langka.

Sedangkan gerhana bulan, lanjut Tgk Ismail, dikenal ada tiga macam jenisnya. 

Pertama, gerhana bulan total, dimana saat puncak gerhana seluruh piringan bulan memasuki bayangan umbra (inti) bumi, sehingga bulan terlihat saat itu berwarna hitam kemerah-merahan. 

Kedua, gerhana bulan sebagian (parsial), di mana saat puncak gerhana terjadi, permukaan bulan hanya sebagian memasuki dalam bayang inti bumi (bayang umbra). 

Ketiga, gerhana bulan penumbra, di mana bulan hanya memasuki dalam kerucut bayang luar bumi saja (bukan bayang inti Bumi), tidak sampai kedalam bayang inti (bayang umbra).

Pada saat gerhana ini terjadi, secara kasat mata, bulan hanya terlihat redup, tidak memancarkan sinar yang kuat seperti pada saat purnama-purnama lainnya. 

Untuk mengetahui proses terjadinya gerhana penumbra, harus menggunakan teleskop. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved