Berita Aceh Timur
Potensi Udang Windu di Aceh Tak Tergarap, KuALA: Pukat Trawl Harus Ditertibkan
Udang windu yang dulunya melimpah di perairan Aceh Timur, kini semakin sulit didapat, karena aktivitas pukat trawl yang terlalu dekat dengan pantai.
Penulis: Taufik Hidayat | Editor: Taufik Hidayat
SERAMBINEWS.COM, IDI - Kawasan perairan di Aceh sebelumnya cukup dikenal sebagai daerah penghasil Udang Windu terbaik di Asia Tenggara. Beberapa kabupaten khususnya di pantai timur Aceh bahkan memiliki habitat asli induk udang windu yang dikenal berkualitas terbaik di dunia.
Data WWF-Indonesia tahun 2018 juga mengungkapkan bahwa induk udang windu dari Aceh ini banyak diekspor ke berbagai pusat induk udang global. Karena itu, pasokan induk Udang Windu untuk balai-balai benih di Indonesia juga didatangkan dari pesisir timur Aceh.
Namun potensi udang windu itu kini mulai hilang dan tak tergarap, seiring kerusakan ekosistem laut yang disebabkan aktivitas pukat trawl dan beberapa sebab lainnya.
Panglima Laot Lhok Kuala Simpang Ulim, Aceh Timur, Asmir Is mengatakan, Udang Windu yang dulunya melimpah di daerahnya kini semakin sulit didapat, karena aktivitas pukat trawl yang terlalu dekat dengan pantai.
“Padahal kami sudah membuat aturan adat laot terkait hal ini, tapi mereka (nelayan pukat trawl) tidak mematuhinya. Sementara kami tidak memiliki sumberdaya untuk melakukan penertiban dan tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penindakan,” kata Asmir dalam pertemuan Saweu Lhok yang digagas Jaringan Koalisi untuk Advokasi Laut Aceh (KuALA), di Gampong Kuala Simpang Ulim, Minggu (22/8/2021).
Sekjen KuALA, Gemal Bakri mengatakan, aktivitas pukat trawl di kawasan perairan nelayan tradisional ini tidak hanya terjadi di perairan Aceh Timur seperti di Kuala Bugak dan Kuala Simpang Ulim. Nelayan di pantai utara dan pantai barat Aceh juga mengeluhkan hal yang sama. “Karena itu, pemerintah melalui instansi yang berwenang harus menertibkan aktivitas pukat trawl ini karena sangat merugikan nelayan tradisional,” tegasnya.
Baca juga: Jaringan KuALA Minta Bupati dan Panglima Laot Aceh Bantu Selesaikan Konflik Nelayan di Simeulue
Baca juga: VIDEO Rekaman CCTV Detik-detik Perampokan Toko Klontong Milik Warga Tionghoa di Kota Langsa
Baca juga: VIDEO Cut Meyriska Peluk Keluarganya saat Prosesi Fardhu Kifayah Sang Ayah
Peningkatan Peran Lembaga Panglima Laot
Sementara, untuk pemulihan ekosistem laut dan habitat udang windu khususnya di perairan Aceh Timur, KuALA bersama peneliti Taufik Abda melakukan diseminasi hasil kajian kelembagaan adat Panglima Laot di Aceh Timur pada Senin (23/8/2021) pagi, dengan mengundang para Panglima Laot di Kabupaten Aceh Timur.
Dalam diseminasi hasil kajian itu, terungkap bahwa tidak terkelolanya potensi udang windu yang dulunya melimpah itu, karena adanya gangguan dan kerusakan habitat udang. Sehingga terjadi penurunan drastis terhadap ketersediaan induk udang.
“Penggunaan pukat trawl menjadi ancaman serius bagi ketersediaan induk udang windu di perairan Aceh Timur,” kata Taufik Abda dalam forum diseminasi yang turut dihadiri sejumlah pejabat Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Aceh serta pejabat DKP Aceh Timur itu.
Forum itu pun kemudian menyepakati sejumlah rencana aksi dalam menguatkan kelembagaan Panglima Laot dalam pengelolaan sumberdaya induk udang windu yang berkualitas, berkelanjutan dan bertanggungjawab.
Strategi yang disiapkan antara lain:
1. Meningkatkan peran Panglima Laot dalam pemulihan dan peningkatan jumlah dan kualitas populasi indukan udang windu di Perairan Aceh Timur,
2. Meningkatkan peran Panglima Laot dalam upaya perlindungan dan pemulihan habitat indukan udang windu,
3. Meningkatkan peran Panglima Laot dalam mendukung penegakan hukum yang efektif,
4. Mendorong penguatan adat dan kelembagaan Panglima Laot, dan
5. Melakukan penguatan dukungan multipihak.(*)