Internasional
Sumber Bantuan Internasional ke Afghanistan Bakal Mengering, Perekonomian Taliban Terancam
Sumber keuangan dan bantuan internasional yang menjaga ekonomi Afghanistan tetap bertahan sejak 2001 diperkirakan akan mengering.
SERAMBINEWS.COM, KABUL - Sumber keuangan dan bantuan internasional yang menjaga ekonomi Afghanistan tetap bertahan sejak 2001 diperkirakan akan mengering.
Hal itu bertepatan dengan pasukan AS mengakhiri penarikan mereka yang dijadwalkan pada 31 Agustus 2021.
Dilansir ArabNews, Jumat (27/8/2021), para pemimpin Taliban menghadapi prospek ledakan ekonomi dengan implikasi kemanusiaan yang serius.
Kecuali mereka dapat dengan cepat menengahi kesepakatan perdagangan baru atau kekuatan non-Barat memberi mereka penyelamat.
Menurut perkiraan UNHCR, sekitar 80 persen dari sekitar 550.000 orang yang mengungsi dalam beberapa pekan terakhir adalah perempuan dan anak-anak.
Hingga sepertiga warga Afghanistan sudah dianggap rawan pangan pada awal 2021.
Baca juga: AS dan Inggris Desak Warga Afghanistan Tinggalkan Bandara Kabul, Ancaman ISIS Semakin Meningkat
Sekarang negara itu bergulat dengan kekeringan kedua dalam tiga tahun.
Badan-badan PBB telah memperingatkan kekurangan pangan yang meluas di seluruh Afghanistan pada awal September 2021.
“Afghanistan berada di tengah krisis kemanusiaan,” kata Masuda Sultan, seorang pengusaha Afghanistan-AS dan advokat hak asasi manusia kepada ArabNews.
“Ada 18 juta orang yang membutuhkan bantuan darurat," ujarnya.
Sedangkan Program Pangan Dunia (EFP) mengatakan tidak dapat memasukkan makanan ke negara itu karena Kabul ditutup untuk penerbangan komersial.
Selama beberapa minggu terakhir, masyarakat internasional telah memberikan perhatian penuh pada upaya evakuasi dan kekacauan di bandara Kabul.
Baca juga: Mesir Pulangkan Warganya Dari Afghanistan, Dibantu Anggota Intelijen
Kurang perhatian telah diberikan pada petak yang jauh lebih besar dari populasi yang tidak mampu atau tidak mau pergi.
“Mata dunia masih tertuju pada orang-orang yang dievakuasi dan pesawat-pesawat yang berangkat," Richard Brennan, Direktur Darurat Regional WHO kepada Reuters
"Kita perlu mendapatkan pasokan untuk membantu mereka yang tertinggal,” harapnya.