Kopi Gayo
Menparekraf Diharapkan Beri Perhatian pada Pariwisata Kopi Gayo
Kemampuan anggaran daerah sangat terbatas, karena itu dibutuhkan peran serta Pusat dan provinsi untuk mengembangkan pariwisata di Gayo.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Fikar W Eda | Aceh Tengah
SERAMBINEWS COM, TAKENGON - Apabila ada kesempatan bertemu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, Wakil Ketua DPRK Aceh Tengah Edi Kurniawan akan menyampaikan agar memberi perhatian besar kepada pariwisata Kopi Gayo, terkait pembiayaan dan program.
"Sebab kemampuan anggaran terbatas kita di daerah. Kalau saya bertemu akan sampaikan kepada Pak Menteri untuk lebih perhatian kepada Kopi Gayo," kata Edi Kurniawan dalam podcast legislatif, disiarkan live oleh Serambinews dan jaringan sosial media Serambi Grup, Jumat (3/9/2021).
Menurut Edi Kurniawan Kopi Gayo tidak hanya terbatas sebagai komoditi perkebunan dan perdagangan, juga terbuka peluang dikembangkan sebagai bahan medis, kecantikan termasuk ilmu pengetahuan, pariwisata dan banyak lagi.
"Kita harus memikirkan dan menyiapkan hal ini. Sehingga nilai tambah kopi bisa lebih banyak lagi yang bisa kita peroleh.
Contoh komoditi pariwisata, masih bisa dikembangkan lagi oleh orang-orang kreatif. Kita melihat sekarang ada wisata kebun kopi, tapi kan belum ada wisata mandi sauna kopi. Saya yakin di tangan orang-orang kreatif selalu terbuka peluang lebih luas," ujarnya.
Tapi Edi mengingatkan bahwa kemampuan anggaran daerah sangat terbatas, karena itu dibutuhkan peran serta Pusat dan provinsi.
Baca juga: BREAKING NEWS - Pegunungan Ceuncrang Aceh Jaya Terbakar
Baca juga: BPKS Mulai Tahapan Pembangunan Jembatan Pulo Aceh, Menghubungkan Pulau Breuh dan Pulau Nasi
Baca juga: VIDEO Polisi Ungkap Pencurian Aset Pemerintah di Bener Meriah, Kerugian Ditaksir Ratusan Juta
Ia juga menyinggung tentang museum kopi, seyogiayanya harus ada di Gayo, mengingat Gayo adalah penghasil kopi Arabika terpenting di Indonesia dan dunia, dengan cakupan areal 120 ribu hektar lebih.
"Kopi Gayo juga punya riwayat dan pengolahan yang berbeda dengan daerah lain. Tapi kalau kita yang bangun museum kopi, tentu tidak cukup dana, maka harus Pusat," lanjut Edi Kurniawan.
Dataran Tinggi Gayo, mencakup Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues penghasil tanaman kopi, areal paling luas di Aceh Tengah, kemudian Bener Meriah dan Gayo Lues.
"Di tempat lain di Indonesia tidak ada seperti itu luas areal kopi arabika. Sepantasnya, Tanah Gayo menjadi pusat kopi, didukung dengan danya museum kopi, monumen kopi dan sebagainya. Kopi Gayo punya riwayat dan teknik pengolahan sendiri. Kita punya doani kupi atau mantra kopi. Ini semua adalah daya tarik, diluar kopi sebagai komoditi perdagangan dan perkebunan," tambahnya.
Disebutkan melihat besarnya potensi pariwisata, kopi dan pertanian, diperlukan konsep terpadu, jelas dan terarah. Sehingga menguntungkan masyarakat pelaku usaha pariwisata, para petani, para kreator-kreator. Dibuat sebuah masterplant atau cetak biru pembangunan kepariwisataan Aceh Tengah.
"Kita sekarang memang sedang membahwas rancangan qanun tata ruangnya,Insya Allah selesai Tah n ini," katanya.
Baca juga: Otak Penyandang Dana KKB di Yahukimo Papua Ditangkap, 3 Pucuk Senpi yang Dikubur Dalam Tanah Disita
Baca juga: Gugat Cerai Jonathan Frizzy, Dhena Devanka Tuduh Suaminya Lakukan KDRT, Polisi Kantongi Bukti Visum
Ia menyebutkan, sesuai fungsi dan kewenangan masing-masing, DPRK dan eksekutif bisa duduk bersama menerbitkan regulasi. Semuanya ini dibahas detil dan komprehensif, melibatkan banyak kalangan. Kalau perlu melibatkan daerah lain di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues.
"Kita duduk membuat rencana bersama, terpadu dan saling mendukung untuk kepentingan wilayah, tentu setelah melihat potensi dan kekhasan masing-masing, Saya kira, kita harus optimis menyongsong masa depan Tanah Gayo yang lebih cerah. Jangan lupa, kita juga punya potensi Gayo Prasejarah yang diungkap oleh para arekologi di Ceruk Mendale, Pukes, Ujung Karang dan Loyang Muslimin. Temuan ini sangat penting artinya, selain untuk kepentingan ilmu pengetahuan, sejarah, juga kepariwisataan. Namanya wisata gayo prasejarah. Tapi sekali lagi, ini harus kita siapkan dalam bentuk regulasi," demikian Edi Kurniawan.(*)