Ekspor Kopi Aceh

Amerika Masih jadi Langgan Ekspor Kopi Aceh Terbesar, Periode Januari-Juli sudah Capai 6.338 Ton

Selain negara Amerika, kata Achris Sarwani, masih ada dua negara lagi yang tergolong banyak mengimpor kopi dari Aceh, yaitu Belgia sebesar 9,81 persen

Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
DOK/DISBUDPAR ACEH
RAMAI PENGUNJUNG - Stand Aceh di Festival Trade, Tourism and Investmen, yang berlangsung 1-4 Agustus 2019, di Moskow, Rusia, selalui ramai pengunjung karena ingin menyicipi kopi Aceh. DOK/DISBUDPAR ACEH 

Misalnya untuk tanaman kopi, kata Achris Sarwani, perlu dilakukan kegiatan rehabiitasi atau pemangkasan tanaman kopi, penyediaan bibit unggul, pengembangan tanaman baru dan peremajaan tanaman kopi arabika dan kopi robustas yang sudah tua kepada tanaman muda yang unggul dan berkualitas.

Pemain Asing Persiraja, Shori Murata Mengaku Mulai Kecanduan Kopi Aceh

Selanjutnya melakukan penyaluran bibit unggul terbaru yang tahan hama dengan tingkat produtivitas buah yang tinggi.

Program tersebut, kata Achris Sarwani, sangat penting dilakukan petani, pihak swasta bersama dinas tehnis, untuk menjaga produktivitas biji kopi tetap tinggi, untuk pemenuhan permintaan volume impor kopi dari pembeli di luar negeri.

Karena, bila kita tidak melakukan empat program di atas tadi, sewaktu-waktu, permintaan eskpor kopi dunia melonjak di luar negeri, sementara produktivitas biji kopi sedang menurun, karena tanaman kopi yang sudah tua tidak diremajakan kembali.

"Pembeli kopi kita di luar negeri, akan mengalihkan pembelian kopinya ke daerah lain atau negara lain, yang mampu memenuhi kuota permintaan kopi robusta dan arabika," ujarnya.

Ancaman tersebut, kata Achris Sarwani, perlu menjadi perhatian khusus para petani, pihak swasta dan dinas teknis, untuk mengatasinya dari sekarang secara berkelanjutan.

“Tujuannya, agar produksi kopi Aceh, tetap tinggi dan mendapat pangsa pasar yang luas di luar negeri, bukan hanya karena mampu memenuhi kuota permintaan importir kopi di luar negeri, tapi juga karena kualitas kopinya baik dan tinggi, serta rasa kopinya khas dan banyak disukai konsumen kopi di luar negeri,” ujar Achris Sarwani.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Ir Cut Huzaimah MP yang dimintai tanggapannya terhadap saran yang disampaikan Kepala Perwakilan BI Aceh, Achris Sarwani perlunya peremajaan tanaman kopi, ia mengatakan program peremajaan tanaman kopi, rehabilitasi, pemangkasan tanaman kopi dan penyaluran bibit kopi unggul, untuk peningkatan produktivitas biiji kopi, hampir setiap tahun dilakukan.

Baik melalui program yang dibuat Distanbun Aceh maupun Distanbun Kabupaten/Kota, yang memiliki areal tanaman kopi yang cukup luas di daerahnya, seperti Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Luas areal tanaman kopi robusta di Aceh saat ini 22.471 hektar dengan jumlah produksi 6.821 ton/tahun dan jumlah petani 24.726 KK .

Kopi rabika lebih luas lagi mencapai 102.860 hektar dengan jumlah produksi 65.65.831 ton dan jumlah petani 79.872 KK.

Areal terluas tanaman kopi di Aceh ada di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Untuk kopi arabika, tanaman menghasilkannya sementara ini mencapai areal seluas 81.443 hektar dan kopi robusta seluas 11.192 hektare.

Kasi Produksi Perkebunan Distanbun Aceh Nurlela yang dikonfirmasi terkait kegiatan rehabilitasi dan peremajaan maupun pemengkasan tanaman kopi mengatakan, tiga program ini, hampir setiap tahun kegiatannya dilaksanakan melalui sumber dana APBA.

Misalnya pemangkasan tanaman kopi, sudah dilaksanakan pada bulan Juni lalu di areal tanaman kopi Aceh Tengah.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved