Internasional
Pejabat Guinea Dilarang Bepergian ke Luar Negeri, Politisi Ditangkap
Pemimpin kudeta Guinea melarang seluruh pejabat pemerintahan di bawah Presiden Alpa Conde bepergian ke luar negeri.
Selain itu, pemimpin kudeta militer di Guinea menangkap politisi top lainnya ditahan atau dilarang bepergian.
Sehingga, meningkatkan kekhawatiran tentang mundurnya kekuasaan militer di wilayah yang telah membuat langkah menuju demokrasi multi-partai sejak 1990-an.
Pengambilalihan itu secara luas dikecam oleh kekuatan internasional.
Sehingga, memberikan tekanan pada para pemimpin militer baru untuk menawarkan rencana di luar penggulingan tatanan lama.
Baca juga: Presiden Guinea Masih Ditahan, Foto di Medsos Belum Diverifikasi Kebenarannya
Termasuk, meyakinkan investor bahwa ekspor bijih Guinea yang signifikan tidak akan dipotong.
"Konsultasi akan dilakukan untuk menentukan kerangka utama transisi," kata pemimpin kudeta Mamady Doumbouya.
"Kemudian pemerintah persatuan nasional akan ditempatkan untuk memimpin transisi," jelasnya.
“Pada akhir fase transisi ini, kami akan mengatur era baru bagi pemerintahan dan pembangunan ekonomi,” katanya.
Doumbouya tidak mengatakan apa yang akan terjadi dengan transisi atau memberikan tanggal untuk kembali ke pemilihan demokratis.
Perebutan kekuasaannya didukung oleh ketidakpuasan yang meluas terhadap Conde (83).
Awalnya menjanjikan demokrasi yang stabil, tetapi begitu berkuasa dengan keras membungkam lawan.
Bahkan, gagal mengurangi angka kemiskinan dan tahun lalu memutuskan untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga, sebuah langkah yang banyak dikatakan ilegal.
Kudeta itu disambut oleh banyak orang, tetapi menakuti sektor pertambangan.
Guinea memiliki cadangan bauksit terbesar di dunia, bijih yang digunakan untuk memproduksi aluminium.
Baca juga: Kudeta Militer di Guinea, Presiden Alpha Conde Ditahan, Nyatakan Konstitusi Tidak Sah
Harga logam melonjak ke level tertinggi 10 tahun pada Senin (6/9/2021), meskipun tidak ada tanda-tanda gangguan pasokan.