Berita Subulussalam
Curhatan PPPK Guru Honorer Tranding Topik di Media Sosial, Pemerintah Dinilai Setengah Hati
Curhat guru yang mengikuti Seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) menjadi trending topic di media sosial dalam dua hari terakhir.
Penulis: Khalidin | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Khalidin | Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Curahan hati (Curhat) guru yang mengikuti Seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) menjadi trending topic di media sosial dalam dua hari terakhir.
Hal ini karena banyaknya guru honorer senior tidak mampu mencapai passing grade yang disyaratkan dalam ujian kompetensi teknis (komtek) seleksi PPPK.
Seperti ditulis Rusmiati, S.PdI, di beranda akun media sosial facebook miliknya. Guru honorer Agama Islam ini menulis jeritan hatinya panjang lebar mengenai seleksi PPPK guru honorer.
Terima kasih, atas telah dibuka seleksi PPPK Guru honorer diseluruh Indonesia. Apa memang betul kami guru honorer tidak layak untuk menaikan harkat martabat kami untuk lebih baik / memang kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada kami.
Saya Guru Agama Islam, disekolah umum yang dulunya berada Awang - Awang tidak diperhitungkan dalam PPPK Guru honorer Kamendikbud & Kementerian Agama pada akhirnya Kami diminta untuk membuat SIM PKB Kemendikbud. Sehingga berkempatan untuk ikut Seleksi PPPK Guru.
Merasa sangat prihatin nilai Ambang batas komtensi teknis yang tetap 325. Lebih dari separuh soal yang berjumlah 100. Yaitu 64 soal dengan jawaban benar baru dikatakan lulus psgert. Membuat berguguran, Kami Psgert tertinggi dari seluruh mapel.
Ternyata harapan itu kelihatan saja dekat, tetap saja susah dijangkau. Ku kira engkau serius memberikan secerca harapan kepada kami rupa itu hanya pemanis belaka.
Baca juga: Belanda Sedang Evakuasi Warganya dari Pakistan, Usai Lari dari Afghanistan
Baca juga: Israel Terus Pantau Iran, Angkatan Laut Dikerahkan ke Laut Merah
Kami memang sudah tua lusuh hampir lebih dari separuh hidup kami pertaruhan untuk untuk negeri tidak ada sedikit saja rasa iba kepada kami, mas manteri kami memang tidak secerdas Bapak yang banyak menguasai teori.
Tetapi kami guru honorer berhadapan langsung kepada peserta didik kami dari seluruh pelosok negeri ini. Dari mereka buta huruf sampai mereka mengenal huruf. Kami ajarkan secara nyata.
Mas manteri tidak semua teori - teori yang bapak rancangan itu cocok untuk seluruh masyarakat Indonesia, mampu bapak bayangkan di daerah kami tidak memiliki jaringan listrik, jaringan internet, kondisi jalan tidak layak untuk dilewati.
Dengan pengabdian tulus semua itu terasa ringan bahkan sangat mudah kami lalui. Andai mas manteri pernah berada diposisi kami sekarang, mungkin harapan kami bisa nyata.
Hal senada disampaikan Tasmiati Ummu Fildza. Curhatan-curhatan dari mereka yg sedih, pilu saat mereka tak bisa menaklukkan soal2 yg ada...
Saat mereka harus berpacu dengan waktu membaca soal2 yg panjangnya sprti koran, saat mereka harus mengeluarkan uang hanya untuk membayar biaya rapid, kendaraan dan penginapan atau sekedar mencari tempat tinggal gratis di masjid dan makan dengan bekal yg dia bawa untuk mengirit biaya... Pdhal selaku nakes kami cemburu akan kebijakan kemenkes atas surat dari kemendikbud agar memfasilitasi rapid antigen kepada PPPK guru... Sungguh luar biasa guru yang mendapat perlakuan luar biasa pula dari menteri, mngkin ini juga salah satu bentuk balas jasa mereka pula kepada gurunya....
Tp ternyata dibalik perlakuan istimewa ini trnyata hati mereka menangis mendapatkan soal2 yg luar biasa pula dari menteri... Soal2 yg sangat susah mereka taklukkan, jangankan yg usianya masih tua, yg masih muda saja menganggapnya sulit... Jangankan mengerjakannya dengan komputer, mengerjakan dengan manual saja susah....