Berita Banda Aceh
Daya Beli Rendah, Harga Telur Ayam Ras Turun, Pakat Ternah Justru Naik
Memasuki minggu ketiga bulan September 2021 ini, harga telur ayam ras kembali menurun akibat daya beli rendah
Penulis: Herianto | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Herianto | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Memasuki minggu ketiga bulan September 2021 ini, harga telur ayam ras kembali menurun.
Hari ini, Selasa (21/9/2021), untuk penjualan partai besar atau grosir dilepas dengan harga Rp 320.000/ikat (300 butir/10 lemping), sebelumnya Rp 330.000 – Rp 340.000/ikat.
Sedangkan harga ecerannya masih tetap Rp 36.000/lemping (30 butir). Sementara harga grosir minyak goreng curah kelapa sawit masih tetap tinggi senilai Rp 15.200/Kg untuk perjulan grosir dan ecerannya tetap Rp 16.000/Kg.
Pedagang telur ayam ras di Pasar Peunayong, H Ramli kepada Serambinews.com Selasa (21/9) mengatakan, harga telur ayam ras menurun, karena daya beli rendah, sementara produksinya terus berjalan.
“ Untuk meningkatkan daya beli pembeli terhadapa telur ayam ras, yang saat ini sedang lesu, produsen telur ayam ras di Sumut, kembali menurunkan harga jual telur ayam rasnya dari Rp 340.000 – Rp 330.000/ikat, menjadi Rp 320.000/ikat (300 butir/10 lemping),” ujar Ramli.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini Melonjak Naik, Berikut Daftar Lengkap Harga Emas Per Gram, Selasa (21/9/2021)
Informasi yang kami terima dari sejumlah produsen telur ayam ras di Sumut, ungkap Ramli, sejumlah produsen telur ayam ras di sana, ada yang sudah tutup.
Karena tidak tahan beli pakan ternak, yang terus meningkat di atas Rp 550.000/sak (50 Kg), dari sebelumnya Rp 480.000 – Rp 490.000/sak.
Harga telur ayam ras menurun, karena daya beli masyarakat terhadap telur ayam ras, di berbagai daerah saat ini sedang menurun.
Untuk merangsang masyarakat membeli telur ayam ras, produsen harus menurunkan harga jualnya. Bagi produsen telur ayam ras yang modalnya besar, kenaikan harga pakan ternak itu, bisa diatasinya.
“ Tapi bagi produsen ayam petelur yang modalnya terbatas, kenaikan harga pakan ternak itu, menjadi beban berat untuk biaya operasi, sehingga sebagian produsen telur di Sumut, ada yang sudah tutup dan merger, sesama industri ayam pertelur,” ujar H Ramli.
Untuk komoditi minyak goreng curah, lanjut Wakil Ketua Kadin Aceh Bidang Transportasi itu, harga jual grosirnya masih tetap tinggi Rp 15.200/Kg dan eceran Rp 16.000/Kg.
Baca juga: Kapolda Aceh dan Pangdam IM Dukung Percepatan Vaksinasi Siswa, Apresiasi Ketegasan Kadis Pendidikan
Harga minyak goreng curah sampai minggu ketiga bulan September ini tetap tinggi, karena permintaan CPO, bahan baku bio solar dan minyak goreng curah, di dalam negeri dan luar negeri masih sangat tinggi. Kondisi itu membuat harga tebus minyak goreng curah bertahan tinggi.
Gula pasir, harganya standar, bermain pada harga Rp 580.000 – Rp 590.000/sak (50 Kg).
Stabilnya harga gula pasir putih pada minggu ketiga bulan ini, karena stoknya cukup dan daya belinya stabil. Sedangkan beras, harganya sama seperti bulan lalu.
Beras lokal kualitas medium, harga jual ecerannya masih sekitar Rp 140.000 – Rp 145.000/sak (15 Kg), sedangkan kualitas premium Rp 155.000 – Rp 160.000/sak (15 Kg).
Begitu juga berasa luar Aceh, haragnya berkisar Rp 133.000/sak untuk ukuran 10 Kg dan Rp 260.000/sak untuk ukuran 20 Kg.
Harga beras lokal, menurut perkiraan H Ramli, bakal turun lagi, karena pada bulan Oktober mendatang, aka ada panen padi gadu. Aceh Besar, pada bulan depan akan panen padi gadu dan beberapa daerah lainnya, termasuk Aceh Jaya.
Baca juga: VIDEO VIRAL Aksi Penjambretan Perhiasan Wanita Ini Terekam CCTV
Kepala Dinas Pertenakan Aceh, drh Rahmandi MSi yang dimintai tanggapannya terkait kenaikan harga pakan ayam terhadap kelanjutan operasi peternakan ayam petelur di Blang Bintang dan Saree, Aceh Besar mengatakan, sampai bulan ini kondisi operasi peternakan ayam petelur di Blang Bintang dan Saree, Aceh Besar, masih berjalan normal.
Jumlah ayam petelur yang dipelihara di dua lokasi peternakan ayam petelur di Blang Bintang dan Saree, Aceh Besar itu, ada sekitar 55.000 ekor. Dari jumlah itu, setiap harinya memproduksi telur ayam ras sebanyak 45.000 butir.
“ Dengan produksi telur sebanyak itu per hari, biaya operasional pakan ternak ayam, bisa diatasi dan kita masih mampu membeli pakan ternak sesuai dengan kebutuhan pakan ayam yang dipelihara,”ujar Rahmandi.
Rahmandi menyatakan, akibat kenaikan harga pakan ternak ayam sejak Juni – September 2021 ini, banyak perusahaan ayam petelur lokal dan ayam pedaging lokal yang mengeluh.
Baca juga: Daya Beli Emas di Pidie Meningkat, Banyak yang Menikah dan Lagi Panen Padi, Ini Harga Emas Per Mayam
Alasan mereka, daya beli telur ayam ras dan pedaging, di masa pandemi covid 19 ini, turun sekitar 30 – 40 persen, sementara harga jual pakan ternak ayam, sebaliknya malah naik mencapai 15 – 20 persen.
Kondisi ini membuat sejumlah peternak ayam petelur dan pedaging lokal, banyak yang sudah mengurangi jumlah ayam petelur dan pedagingnya.
Karena antara biaya operasi dengan pendapatan harian, mingguan dan bulan, sudah tidak ekonomis lagi.
“ Untuk mempertahankan kelanjutan usaha ayam petelur dan pedaging, jumlah ayam yang dipelihara, dikurangi sampai pada tingkat ekonomisnya sebesar 30 – 40 persen,” ujar Rahmandi.(*)
Baca juga: Hadiri Kegiatan Vaksinasi AKABRI 98, Gubernur Aceh Sebut Vaksin Ikhtiar untuk Keluar dari Pandemi