Internasional

Yaman Lapor ke Utusan PBB, Milisi Houthi Tidak Mau Berdamai

Ketua Parlemen Yaman, Sultan Al-Barakani, Rabu (22/9/2021) melaporkan ke Utusan PBB untuk Yaman, Timothy Lenderking.

Editor: M Nur Pakar
AFP/File
Milisi Houthi meneriakkan yel-yel kemenangan di Sanaa, Yaman. 

SERAMBINEWS.COM, DUBAI - Ketua Parlemen Yaman, Sultan Al-Barakani, Rabu (22/9/2021) melaporkan ke Utusan PBB untuk Yaman, Timothy Lenderking.

Sultan mengatakan milisi Houthi yang didukung Iran tetap tidak mau berdamai dengan pemerintah Yaman yang diakui internasional.

DIsebutkan, milisi Houthi tidak mau berdamai di Yaman telah merusak upaya menghentikan permusuhan di negara yang dilanda konflik itu.

“Kami siap mencapai perdamaian, tetapi milisi Houthi belum setuju melakukannya, mereka sengaja merusak upaya perdamaian, terus berperang," jelasnya.

"Indikator-indikator ini menunjukkan mereka tidak pernah mau berdamai,” kata Ketua Parlemen, Sultan Al-Barakani ke Timothy Lenderking.

Baca juga: Polisi Yaman Tangkap Milisi Houthi Perencana Bunuh Pejabat Militer

Dilansir ArabNews, keduanya membahas inisiatif perdamaian untuk Yaman.

Houthi harus disalahkan karena menghalangi upaya dan inisiatif perdamaian.

Dimana, erus meningkatkan tindakan militer yang menargetkan warga sipil dan fasilitas termasuk pelabuhan Mocha, lapor kantor berita SABA.

Al-Barakani menunjuk eksekusi publik baru-baru ini terhadap sembilan orang,.

Mereka dituduh terlibat dalam pembunuhan pemimpin Houthi Saleh Al-Samad pada 2018, sebagai contoh kejahatan milisi terhadap rakyat Yaman.

Sementara itu, Jaringan Hak dan Kebebasan Yaman mengklaim mendokumentasikan 6.476 pelanggaran oleh Houthi terhadap perempuan dalam lima tahun ini.

Baca juga: Arab Saudi Akan Berupaya Ciptakan Perdamaian di Yaman, Bekerjasama dengan PBB

Dikatakan, sebagian besar mengalami kematian dan cedera yang disebabkan oleh penembakan artileri, serta ranjau dan alat peledak lainnya yang meledak.

Kelompok hak asasi juga mengatakan telah terjadi 770 kasus penangkapan dan penculikan.

Kemudian, 195 kasus penghilangan paksa dan 70 kasus penyiksaan terhadap perempuan di Yaman selama periode dari 1 Januari 2015 hingga 1 Juni 2021.

Juga mengkonfirmasi kasus penyiksaan dan perlakuan merendahkan terhadap 70 wanita yang ditahan di penjara rahasia dan umum milisi Houthi.

Baca juga: Arab Saudi, UEA, Inggris dan AS Prihatinkan Perekonomian Yaman

Mereka mendapat tuduhan palsu terhadap kehormatan serta perdagangan untuk kehormatan, menurut kesaksian beberapa wanita yang dibebaskan, kata kelompok itu.

Sehingga, menyebabkan beberapa dari mereka melakukan bunuh diri.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved