Pelecehan Seksual

Mengerikan, 21 Petugas WHO Terlibat Aksi Pelecehan Seksual Saat Tangani Wabah Ebola di Kongo

Tahun lalu, lebih dari 50 wanita menuduh pekerja bantuan dari WHO dan badan amal lainnya menuntut seks dengan imbalan pekerjaan...

Editor: Eddy Fitriadi
AFP
Sekjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Sekretaris Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan laporan tersebut merupakan hal yang sangat mengerikan. Secara khusus, Tedros meminta maaf kepada para korban. 

SERAMBINEWS.COM - Tak kurang dari 80 pekerja kemanusiaan di Republik Demokratik Kongo diduga terlibat aksi pelecehan seksual selama penanganan wabah Ebola di sana.

Di antara mereka tercatat sebagai staf Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Guna menindaklanjuti penyelidikan Thomson Reuters Foundation dan The New Humanitarian tahun lalu, komisi independen langsung bekerja.

Hasilnya, komisi independen menemukan setidaknya 21 dari 83 tersangka pelaku dipekerjakan oleh WHO.

Tahun lalu, lebih dari 50 wanita menuduh pekerja bantuan dari WHO dan badan amal lainnya menuntut seks dengan imbalan pekerjaan antara 2018-2020.

Laporan terbaru menemukan bahwa di antara aksi pelecehan, sembilan di antaranya adalah pemerkosaan.

"Tim peninjau telah menetapkan bahwa para korban yang diduga dijanjikan pekerjaan sebagai imbalan hubungan seksual atau untuk mempertahankan pekerjaan mereka," kata anggota komisi Malick Coulibaly dalam konferensi pers, seperti dikutip Reuters.

Coulibaly menambahkan, banyak dari pelaku laki-laki menolak untuk menggunakan kondom dan 29 dari perempuan hamil dan beberapa di antaranya dipaksa untuk menggugurkan kehamilannya.

Sekretaris Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan laporan tersebut merupakan hal yang sangat mengerikan. Secara khusus, Tedros meminta maaf kepada para korban.

"Apa yang terjadi pada Anda seharusnya tidak pernah terjadi. Itu tidak dapat dimaafkan. Prioritas utama saya adalah memastikan bahwa para pelaku tidak dimaafkan tetapi dimintai pertanggungjawaban," ungkapnya.

Tedros, yang kabarnya akan menjabat untuk periode kedua, berjanji akan menempuh langkah-langkah lebih lanjut termasuk reformasi besar-besaran secara struktur dan budaya.

Dikutip dari Reuters, Tedros mengatakan dia berencana untuk merujuk tuduhan pemerkosaan ke Kongo dan ke negara-negara tersangka pelaku. Beberapa di antaranya masih belum teridentifikasi.

Sementara itu, perwakilan para korban di Beni, Kongo Timur, menyambut baik tanggapan WHO, tetapi mendesaknya untuk berbuat lebih banyak.

"Kami mendesak WHO untuk melanjutkan dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa personelnya yang melecehkan perempuan dan anak perempuan mereka di komunitas kami telah benar-benar dihukum berat," kata Esperence Kazi, koordinator kelompok hak-hak perempuan 'One Girl One Leader'.

Salah satu korban, masih berusia 14 tahun, mengaku dijemput begitu saja oleh seorang petugas WHO di pinggir jalan.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved