Satu Jam Bersama Diaspora, Kisah Fazzil Amri dan Mister Asam Sunti di Kanada
Videonya yang melakukan ekperimen memberikan "pliek u" dan "asam sunti" kepada seorang pria bule viral di media sosial
Reaksi kocaknya dalam video itu menjadi asal muasal dari panggilan itu. Ternyata, Rolland alias Mr Asam Sunti memang serius ingin belajar bahasa Aceh. Dia punya keinginan besar untuk berkunjung ke Sabang, serta bisa sepuasnya menikmati kelapa muda yang sangat ia gemari.
Sosok Fazzil Amri, pria asal Lhokseumawe Aceh yang menetap di Kanada menyedot perhatian beberapa hari lalu. Videonya yang melakukan ekperimen memberikan "pliek u" dan "asam sunti" kepada seorang pria bule viral di media sosial. Video kocak ini dibagikan di banyak grup WhatsApp, Facebook, Instragram, Tiktok, hingga Youtube.
Belakangan diketahui, pria bule dalam video itu bernama Rolland, rekan kerja Fazzil Amri di perusahaan jasa pengecatan gedung yang berbasis di Vancouver, Kanada. Setelah video itu viral, warganet dan warga Aceh di Kanada memanggil Rolland dengan nama panggilan "Mister (Mr) Asam Sunti."
Reaksi kocaknya dalam video itu menjadi asal muasal dari panggilan itu. Ternyata, Rolland alias Mr Asam Sunti memang serius ingin belajar bahasa Aceh. Dia punya keinginan besar untuk berkunjung ke Sabang, serta bisa sepuasnya menikmati kelapa muda yang sangat ia gemari.
Hal itu diceritakan oleh Rolland yang hadir mendampingi Fazzil Amri, dalam program Satu Jam Bersama Diaspora yang dipandu Pemimpin Redaksi Serambi Indonesia, Zainal Arifin M Nur, Rabu (6/10/2021). Program yang mengangkat tema "Cerita Amri Dan Mr Asam Sunti Di Kanada" disiarkan langsung di laman Facebook Serambinews.com dan Youtube Serambi On TV.
"Sayang belajar bahasa Aceh, karena setelah pandemi berakhir saya ingin pergi ke Indonesia, Aceh, dan berkunjung ke Pulau Sabang. Saya ingin ngobrol-ngobrol dengan warga Aceh dalam bahasa Aceh dan minum kelapa muda sampai puas," kata Rolland, pria asal Hungaria yang sudah menjadi warga negara Kanada.
Fazzil bercerita, Rolland yang beristrikan perempuan Filipina ini sangat suka dengan kelapa muda. Ia kerap membeli kelapa muda dalam jumlah banyak. Sayangnya, dia tak pernah mendapatkan kelapa muda segar yang baru dipetik dari pohon. “Di sini tidak ada kelapa. Jadi, kelapa muda di sini diimpor dari Amerika Tengah seperti Venezuela, Meksiko, Hawai, dan lain-lain,” ungkap Fazzil Amri.
“Watee troh keunoe, u muda jih ka meubee iek tupe bacut, ka agak khie khie meunan. Jadi, untuk peutheun hawa oke lah walaupun meubee-meubee meunan bacut, kadang-kadang untuk tapeugot boh romrom,” kata Fazzil Amri dalam bahasa Aceh yang masih sangat fasih.
Perjalanan sampai ke Kanada
Dalam kesempatan tersebut, Fazzil Amri bercerita panjang lebar tentang kisah perjalanan hidupnya sejak SD di Peunteut, MTs Jeumala Amal Luengputu, Pidie Jaya, dan SMA di Kandang. Setelah gagal kuliah di Universitas Syiah Kuala (USK), Amri kemudian merantau ke Jakarta.
Pada tahun 1996, ia merantau ke Malaysia dan sempat beberapa tahun bekerja pada kedai runcit di negeri jiran itu. "Pada tahun 1998, karena saat itu sedang hangat-hangatnya GAM, saya memutuskan pulang ke Aceh dan ikut bergabung dengan GAM. Saya satu leting dengan Suaidi Yahya yang saat ini menjadi Wali Kota Lhokseumawe," katanya.
Sebuah peristiwa yang menimpanya pada saat pemberlakuan darurat militer membuat Amri memutuskan memboyong istri dan seorang anaknya yang masih bayi ke Malaysia. Dari negeri jiran ini, takdir kemudian membawa Fazzil Amri dan keluarganya ke Vancouver, Kanada.
“Tanggal 21 Februari 2003, kami tiba di Kanada. Saat itu anak kami masih berusia satu tahun. Kini dia sudah berusia hampir 20 tahun dan sudah kuliah semester 2 di Univeritas British Columbia,” ungkap pria yang kini sudah dikarunai tiga orang anak.
Kini jadi supervisor
Ketika pertama kali tiba di Kanada 18 tahun lalu, Fazzil Amri mengikuti program pembelajaran Bahasa Inggris dari Pemerintah Kanada. Selama satu tahun mengikuti program ini, dia mulai beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan barunya.