Internasional
Kim Jong Un Tuduh AS Sebagai Akar Penyebab Ketegangan di Semenanjung Korea
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un menuduh Amerika Serikat (AS) sebagai penyebab ketegangan di Semenanjung Korea.
SERAMBINEWS.COM, PYONGYANG - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un menuduh Amerika Serikat (AS) sebagai penyebab ketegangan di Semenanjung Korea.
"AS adalah akar penyebab ketidakstabilan," ujar Kim dalam pidato pembukaan di sebuah pameran pertahanan.
Pyongyang berada di bawah beberapa sanksi internasional atas senjata nuklir dan program rudal balistiknya.
Dilansir AP, Selasa (12/10/2021), Kim telah membuat kemajuan sangat pesat, berkat bantuan Rusia dan China.
Pada tahun 2017, ia menguji rudal yang dapat mencapai seluruh benua AS dan melakukan ledakan nuklir paling kuat hingga saat ini.
Pyongyang mengatakan perlu persenjataannya untuk melindungi diri dari invasi AS.
Pemerintahan Biden telah berulang kali menyatakan tidak memiliki niat bermusuhan dengan Korea Utara.
Tetapi Kim mengatakan kepada pameran "Bela Diri 2021":
"Saya sangat ingin tahu apakah ada orang atau negara yang percaya itu."
"Tidak ada dasar dalam tindakan mereka untuk percaya bahwa itu tidak bermusuhan,"
Pidato Kim datang setelah Korea Utara menguji coba rudal jelajah jarak jauh.
Berupa senjata yang diluncurkan dari kereta api, dan yang dikatakan sebagai hulu ledak hipersonik.
Pada tahun 2018, Kim menjadi pemimpin Korea Utara pertama yang bertemu dengan presiden AS, Donald Trump di Singapura dan menjadi berita utama.
Baca juga: Setelah Korea Utara, Kini Giliran Rusia Tembakkan Rudal Jelajah Sejauh 250 Mil
Tetapi proses pembicaraan terhenti sejak pertemuan kedua di Hanoi pada tahun berikutnya gagal.
Pemerintahan Biden mengatakan bersedia bertemu dengan pejabat Korea Utara kapan saja atau di mana saja, tanpa prasyarat, dalam upaya mencari denuklirisasi.
Washington dan Seoul merupakan sekutu keamanan.
Washington menempatkan sekitar 28.500 tentara di Korea Selatan untuk mempertahankannya dari tetangganya.
Korea Selatan dan Amerika Serikat mengadakan latihan militer bersama pada Agustus 2021.
Latihan perang itu membuat marah Pyongyang, yang mengecam mereka sebagai persiapan invasi.
Seoul sendiri dalam upaya multi-miliar dolar terus meningkatkan kemampuan militernya sendiri.
Korsel berhasil menguji rudal balistik kapal selam pertamanya pada September 2021.
Sehingga, menempatkan Korea Selatan di antara kelompok elit negara dengan teknologi SLBM dan mengungkapkan rudal jelajah supersonik.
Pekan lalu, Pyongyang dan Seoul menghubungkan kembali hotline lintas batas mereka sebagai tanda mencairnya hubungan.
Baca juga: VIDEO - Jepang Ketar-Ketir, Korea Utara Tembakkan Rudal Terbaru
Hanya berselang beberapa bulan sisa jabatan Presiden Moon Jae-in yang pro-keterlibatan Selatan.
Namun Kim menuduh Seoul ambisi dan sembrono dan bermuka dua serta tidak logis.
"Upaya tak terbatas dan berbahaya mereka untuk memperkuat kekuatan militer menghancurkan keseimbangan militer di semenanjung Korea," ujar Kim.
"Juga akan meningkatkan ketidakstabilan dan bahaya militer", tambahnya.
Sedangkan pameran bagian dari peringatan ulang tahun berdirinya Partai Buruh yang berkuasa.
Juga digelar penerbangan aerobatik dan pertunjukan seni bela diri.
Pyongyang menutup perbatasannya awal tahun lalu untuk melindungi diri dari pandemi virus Corona yang pertama kali muncul di China.
China merupakan sekutu diplomatik utamanya dan penyedia utama perdagangan dan bantuan.
Korea Utara bersikeras tidak memiliki kasus penyakit, namun para ahli meragukan klaim tersebut.
Baca juga: Korea Utara Karantina Vaksin Covid-19 Bantuan WHO, Dikirim Melalui Pelabuhan China
Tetapi blokade yang diberlakukan sendiri telah mengisolasinya lebih efektif daripada rezim sanksi manapun, walau memukul ekonominya dengan buruk.
Kim mengacu pada situasi suram dalam pidato panjang untuk menandai ulang tahun partai, menyerukan disiplin dan kesetiaan.
Sebuah panel ahli PBB mengatakan bulan ini Korea Utara terus mengejar pengembangan senjatanya meskipun mengalami kesulitan ekonomi.(*)