Jurnalisme Warga
Nikmatnya Biryani Timur Tengah di Matangglumpang Dua
Menikmati makanan yang khas di Indonesia, khususnya di Aceh, dengan cita rasa Timur Tengah, kita tidak perlu pergi ke luar negeri

OLEH CHAIRUL BARIAH, Wakil Rektor II Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki), Dosen Fakutas Ekonomi Universitas Almuslim, dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Bireuen, melaporkan dari Matangglumpang Dua, Bireuen
Menikmati makanan yang khas di Indonesia, khususnya di Aceh, dengan cita rasa Timur Tengah, kita tidak perlu pergi ke luar negeri. Di Kabupaten Bireuen, tepatnya di Kota Matangglumpang Dua, ada satu warung nasi sederhana yang menyediakan makanan khas Timur Tengah, yaitu nasi biryani dan hanya dapat kita nikmati pada hari Jumat.
Jenis nasi ini sudah dientri ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan nama nasi beriani. Yakni, nasi yang dimasak bersama daging atau ayam, sayuran, dan bumbu, biasanya dimasak dari beras basmati yang berasal dari India.
Makanan yang memiliki ciri khas mulai dari bahan utama beras, cara pengolahan, sehingga menghasilkan rasa dan aromanya yang begitu menggugah selera ini, tambah menarik apabila disajikan dalam wadah layaknya di Timur Tengah.
Makanan ini diberi nama biryani; briyani; atau beriani. Nasi biryani terbuat dari beras basmati yang diolah dengan daging kambing dan bumbu pedas serta rempah-rempah khas Timur Tengah. Menurut sejarahnya, biryani aslinya berasal dari India, sudah ada sejak abad ke-18 dan 19. Hidangan ini pertama kali diciptakan oleh Mumtaz Mahal yang hobi memasak, permaisuri dari Shah Jahan, yaitu raja ke-5 dari Dinasti Mogul di India.
Di Kabupaten Bireuen, makanan ini dapat kita jumpai di Warung Pelangi, tepatnya di sebelah kiri lampu merah jalan Medan-Banda Aceh. Menurut pemiliknya, Pak Munzir, usahanya sudah ada sejak tahun 2005, tak lama setelah tsunami melanda Aceh.
“Awalnya. usaha kami hanya kecil-kecillan, kemudian perlahan berkembang, dan mulai kami buka beberapa gerai,” ujar ayah dari satu putra dan satu putri ini.
Meski usahanya dirintis sejak 2005, menu nasi biryani di Warung Pelangi baru ada pada tahun 2017. Itu pun hanya tersedia pada hari Jumat saja. Alasannya, “Hari Jumat adalah hari istimewa bagi umat Islam, sehingga kami juga menyajikan makanan yang istimewa dan khas,” ujar Munzir.
Jumlah porsi yang dijual juga terbatas, karena butuh waktu dan ketelitian pada saat memasaknya. Penggunaan bumbu halus dan rempah juga harus disesuaikan dengan beras dan lauknya.
Karena aroma, rasanya yang khas, dan nikmat maka tak heran sering sebelum Jumat nasi biryani yang dijual Munzir sudah habis. Pelanggan yang ingin menikmati dan membawa pulang nasi biryani harus memesan terlebih dahulu. Harganya juga terjangkau, hanya Rp25.000 per porsi dengan menu daging atau ayam kari, sedangkan menu lainnya lebih murah.
Warung Pelangi ini lokasinya strategis sehingga menjadi pilihan utama para pelanggan, ditambah lagi menu-menu yang disajikan memliki rasa yang berbeda dari yang lain.
Pemilik warung yang berdarah Timur Tengah ini mengatakan bahwa usaha yang dijalaninya saat ini mampu menampung 16 tenaga kerja pada masing-masing gerai. Dia sendiri bertugas meracik bumbu dan memasak dibantu oleh beberapa orang. Sedangkan untuk pramusaji atau pelayan adalah yang muda-muda dan energik, yang sudah lolos beberapa seleksi dengan syarat utama adalah jujur.
Pada saat saya wawancarai suami dari Jumiati ini, ia membagi resep cara mengolah nasi biryani. Menurutnya, ada beberapa bahan yang diperlukan. Pastikan terlebih dahulu bahwa beras basmati yang digunakan haruslah berkualitas. Salah satu cirinya, bulirnya panjang dan kecil, aromanya wangi atau harum, sesuai dengan namanya basmati yang dalam bahasa Sanskerta artinya wangi atau harum. Ciri lainnya, berasnya tidak pulen.
Memasak beras basmati juga harus benar-benar matang. Kalau pengolahan setengah matang, maka akan mengakibatkan kurangnya energi dalam tubuh.
Bahan lainya adalah daging kambing, daging sapi, atau ayam. Bumbu yang dibutuhkan di antaranya cabai, bawang merah, bawang putih, bawang bombai, aneka rempah seperti ketumbar, cengkih, kayu manis, serai, kaldu, dan lain-lain, serta bumbu kari pelengkap.