1 Jam Bersama Diaspora, Kisah Ikhlash Berkeliling Dunia hingga Jadi Manajer di Singapura
Kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil. Kalimat bijak itu rasanya pantas untuk menggambarkan hasil yang sudah diraih oleh Muhammad Ikhlash
Kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil. Kalimat bijak itu rasanya pantas untuk menggambarkan hasil yang sudah diraih oleh Muhammad Ikhlash saat ini. Pemuda kelahiran Banda Aceh, 27 Agustus 1991, ini harus dua kali masuk rumah sakit karena bekerja keras membiayai kuliahnya di Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hadir sebagai narasumber pada program “1 Jam Bersama Diaspora” Rabu (13/10/2021) yang disiarkan langsung di Facebook Serambinews.com dan Youtube Serambi On TV, malam tadi, Ikhlash berbagi cerita inspiratif hingga kini menjadi manajer keuangan senior untuk wilayah Asia Pasifik pada General Electric (GE). Berikut kisahnya:
Petualangan Muhammad Ikhlash dimulai pada tahun 2013. Setelah lulus dengan predikat cum laude (terpuji) di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (USK), Ikhlash memutuskan merantau ke Jakarta. Pemuda kelahiran Banda Aceh, 27 Agustus 1991, buah hati pasangan Ismail Ali (almarhum) dan Nuraini, ini memohon izin kepada ibundanya untuk melanjutkan kuliah profesi akuntansi di Universitas Indonesia.
Sesuai harapan, Ikhlash diterima di fakultas yang dilamarnya. Tak ingin membebani orang tua, Ikhlash memilih kelas malam, supaya paginya bisa bekerja. Tapi, rencana tidak selamanya berjalan mudah. Sebanyak 19 lamaran kerja dikirimkannya ke berbagai perusahaan, tapi belum ada yang berbalas. Sampai akhirnya, Ikhlash mendapat kabar dari seniornya di USK tentang lowongan di General Electric (GE). Ia pun melamar dan diterima sebagai pegawai kontrak.
General Electric Company yang disingkat GE adalah perusahaan terkemuka asal Amerika Serikat dengan bisnis yang beragam. Perusahaan ini bergerak dalam berbagai bidang antara lain kelistrikan, elektronik, permesinan, modal ventura, dan layanan keuangan.
Ikhlash pun bisa mewujudkan keinginannya bekerja sambil kuliah. Setiap hari kerja, ia berangkat ke kantor pada pukul 5 pagi, supaya bisa kerja lebih awal. Dengan demikian, pada pukul 5.30 sore sudah bisa ke kampus untuk kuliah.
Hampir saban hari, setelah kuliah selesai pukul 10 malam, Ikhlash melanjutkan aktivitas menyelesaikan tugas kuliah dan kadang-kadang tugas kantor, sampai pukul 1 dini hari. “Setiap hari selama setahun begitu, sampai dua kali harus masuk RS,” katanya.
Setelah tiga bulan bekerja sebagai tenaga kontrak, Ikhlash kemudian diangkat menjadi pegawai tetap. Beberapa bulan berselang, atau masih pada tahun 2014, Ikhlash mencoba ikut tes program management trainee se-ASEAN. Ia beruntung, dari seluruh ASEAN cuma 6 orang yang diterima, dan dua dari enam orang itu berasal dari Indonesia. Ikhlash adalah satu dari dua yang orang Indonesia yang diterima pada program bergengsi ini.
Ikhlash mendapatkan tugas pertama ke Singapura. Di negara yang dikenal sebagai Eropanya Asia ini, Ikhlash harus cepat beradaptasi dengan budaya kerja yang serba cepat. “Dan gap pendidikannya berasa sekali,” kata dia.
Berpindah-pindah negara
Dalam dialog santai bersama Pemimpin Redaksi (Pemred) Serambi Indonesia, Zainal Arifin M Nur, malam tadi, M Ikhlash mengatakan, doa ibunda menjadi modal utama dalam perjalanan kariernya. “Ini karena doa ibu yang sangat kuat,” kata Ikhlash saat ditanya perjalanan kariernya terasa agak mudah dan mendapatkan banyak kemudahan serta kesempatan dari perusahaan.
Pada akhir tahun 2016, Ikhlash diterima di tim khusus untuk kantor pusat yang bertugas membantu di proyek-proyek global. Keanggotaannya di tim khusus ini membuatnya harus berpindah-pindah kerja setiap empat bulan. Bukan hanya pindah kota tempat bekerja, tapi bahkan sampai pindah negara di benua berbeda.
Selain itu, dia harus berkerja 12 jam per hari selama enam hari. “Nilai lebihnya, jadi bisa tinggal di berbagai negara seperti Amerika (Atlanta, Cincinnati, Houston, Boston), Belanda, Prancis,” ungkap Ikhlash. “Hanya 40 orang dari seluruh dunia yang diterima di program ini setiap angkatannya. Saya satu-satunya dari Indonesia. Saya juga lulusan terakhir dari tim khusus ini,” timpalnya.
Pada tahun 2017, M Ikhlash yang kala itu sedang bertugas di Amerika, memutuskan pulang ke Aceh untuk mempersunting gadis pujaan hatinya, Daisy Kharisma, yang tinggal di Kampung Laksana, Banda Aceh. Beberapa pekan setelah menikah, Ikhlash kembali ke Amerika, sementara istrinya Daisy Kharisma kembali ke Belanda melanjutkan kuliah S-2 di Rotterdam.
Karir Ikhlash di GE memang kerap diliputi keberuntungan. Beberapa bulan kemudian, dia mendapatkan izin kerja sementara ke Belanda, sehingga bisa menemani istrinya kuliah di negeri bunga tulip itu.
Setelah dua tahun berpindah-pindah kerja, Ikhlash diberi pilihan untuk tetap di Amerika, ke Eropa, atau balik ke Asia. Hingga kemudian dia memutuskan mengambil posisinya sekarang, sebagai APAC Senior FP&A Manager, GE-Steam Power di Singapura. Saat ini dia menetap di Singapura bersama istrinya Daisy Kharisma dan putra mereka Rasheed.
Cerita Ikhlash dalam program 1 Jam Bersama Diaspora dengan topik “Cerita Sang Manajer dari Negeri Singa” ini bisa disimak dalam bentuk video di Facebook Serambinews.com dan Youtube Serambi On TV. (zainal arifin)