Berita Banda Aceh

Mahasiswi Katolik, Kristen, dan Buddha Akui Nyaman Tinggal di Aceh, Simak Pengakuannya

“Saya memilih tidak memakai jilbab di sekolah dan kampus, teman-teman saya memahami ini,” kata Ester Situmeang.

Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Nurul Hayati
Foto kiriman Hasan Basri M Nur
Lisa Sembiring (dua kiri) didampingi Lisa Situmeang (kiri) menyampaikan testimoni pada FGD yang digelar KWPSI - Kemenag Aceh di Hutan Kota Coffee Tibang Banda Aceh. 

“Saya memilih tidak memakai jilbab di sekolah dan kampus, teman-teman saya memahami ini,” kata Ester Situmeang.

Laporan Muhammad Nasir I Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh tidak menjadi halangan bagi penduduk non-muslim dalam menjalankan aktivitas sosial dan pendidikan.

Para pelajar dan mahasiswa non-muslim mendapatkan hak-hak pendidikan sebagaimana mestinya, termasuk kebebasan dalam berpakaian dan mengikuti mata pelajaran agama.

Tiga mahasiswi non-muslim di Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, memberi kesaksian terbuka bahwa Aceh sangat toleran dan warganya menjunjung tinggi moderasi beragama.

Kondisi ini membuat mereka yang minoritas merasa aman, nyaman, dan terlindungi tinggal dan menuntut ilmu di Aceh.

Kesaksian itu disampaikan oleh Ester Situmeang (tokoh muda Katolik), Lisa Kharisma Sembiring (tokoh muda Kristen) dan Nidi Khanti Dhitasiri (tokoh muda Buddha) dalam Focus Group Discussion (FGD) ‘Moderasi Beragama untuk Kalangan Milenial’ yang digelar Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Hutan Kota Coffee Rumoh Aceh, Jalan Teungku Meulagu, Desa Tibang, Banda Aceh.

Ester yang tamatan SMA Darussalam dan kini kuliah di FKIP USK mengaku sangat senang dan betah tinggal di Banda Aceh.

Baca juga: Duta Moderasi Beragama Provinsi Aceh Ikut Pembinaan Nasional

“Saya memilih tidak memakai jilbab di sekolah dan kampus, teman-teman saya memahami ini,” kata Ester Situmeang.

“Jam pelajaran agama (Islam, red) di sekolah tidak wajib ikut bagi yang bukan beragama Islam. Tetapi saat duduk di bangku SMA, terkadang saya masuk juga mata pelajaran agama Islam karena tidak ada kawan kalau saya keluar sendiri,” ungkap Ester.

Sementara Lisa Sembiring mengaku, saat duduk di bangku SMP dia memilih memakai jilbab dengan alasan agar tidak terjadi pemandangan mencolok dari teman-temannya yang semua memakai jilbab.

“Di Aceh bebas berpakaian dan saat duduk di bangku SMA 1 hingga saat ini kuliah USK Banda Aceh saya memilih tak memakai jilbab,” aku gadis yang sehari-hari kuliah di FEB USK ini.

Sedangkan Nidi mengaku, datang dari Palembang karena diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan USK.

“Sejak saya datang ke Aceh saya merasa aman-aman saja, sangat harmonis dengan warga sini,” ujar Nidi.

Baca juga: Kankemenag Banda Aceh Gelar Kegiatan Sosialisasi Moderasi Beragama

FGD yang diikuti lima puluhan perserta itu difasilitasi oleh wartawan senior Yarmen Dinamika dan menghadirkan dua pemateri utama yaitu Dr H Iqbal Muhammad MAg (Kakanwil Kemenag) dan Hasan Basri M Nur (mewakili FKUB Aceh).

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved