Ujung Tamiang Jadi Ekowisata Unggulan, Berwisata Sambil Mengenal Tuntong Laut
Pusat konservasi tuntong laut di Kecamatan Seruway, Aceh Tamiang menjelma menjadi ekowisata unggulan
Pusat konservasi tuntong laut di Kecamatan Seruway, Aceh Tamiang menjelma menjadi ekowisata unggulan. Keberadaan beberapa pondok menyerupai rumah Sasak (rumah adat Lombok) siap memanjakan pengunjung menikmati suasana pinggiran pantai yang dipenuhi pepohonan cemara.
Ujung Tamiang, sejatinya sebuah kawasan pesisir yang diplot menjadi pusat konservasi tuntong laut sejak 2012. Posisinya yang berada di pertemuan air laut dengan sungai menciptakan eksotisme yang begitu kental.
Dua perpaduan ini kemudian digabung Pemkab Aceh Tamiang untuk menciptkan Ujung Tamiang sebagai ekowisata. Nantinya, pengunjung bisa menikmati keindahan alam sekaligus mengenal lebih mendalam mengenai tuntong laut. "Saat ini sudah banyak mahasiswa ataupun ilmuwan datang untuk meneliti tuntong laut. Hewan ini istimewa, karena di Indonesia ini hanya ada di beberapa tempat saja, salah satunya Aceh Tamiang," kata Bupati Aceh Tamiang, Mursil, Sabtu (30/10/2021).
Secara khusus pada Jumat (29/10/2021) sore, Mursil mengunjungi lokasi ini untuk melihat langsung kebutuhan prioritas pembangunan objek wisata itu. Meski diakuinya masih banyak fasilitas yang perlu dilengkapi, Mursil menilai kondisi Ujung Tamiang saat ini sudah layak dikunjungi. "Nanti kita akan buat camping di sini, sudah layak, sudah bisa dikunjungi," ungkapnya.
Mursil menyadari dibutuhkan konsep matang untuk mengembangkan ekowisata ini guna menghindari rusaknya habitat tuntong laut. Dia menegaskan pengembangan Ujung Tamiang harus mengikuti konsep awal untuk melestarikan hewan khas Aceh Tamiang itu. "Tuntong laut ini harus terus didukung, jangan sampai pengembangan wisatanya, justru mengorbankan tuntong laut," ujarnya.
Dukungan serupa disampaikan dua anggota DPRK Aceh Tamiang, Irwan Effendi dan Muhammad Nasir yang ikut meninjau Ujung Tamiang. Keduanya sepakat mengembalikan Ujung Tamiang sebagai pusat habitat Tuntong Laut. Kadis Pariwaisata, Pemuda dan Olahraga (Parpora) Aceh Tamiang, Muslizar menjelaskan, hambatan pengembangan objek wisata di daerah ini terletak pada status areal yang masih kawasan hutan. Upaya penyusunan regulasi berupa kajian analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) kawasan pariwisata baru dilakukan empat tahun terakhir. "Sebelum Amdal ini kita miliki, infrastruktur di kawasan wisata belum bisa kita buat.
Makanya hari ini kami memprioritaskan Amdal dulu," kata Muslizar. Ketua Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia (YSLI), Yusriono yang aktif sebagai pendamping pengembangan ekowisata Ujung Tamiang menyebut setiap akhir pekan kawasan ini selalu dikunjungi ratusan wisatawan dan sebagian besar memilih camping.
Selama ini YSLI sudah membekali kelompok sadar wisata (Pokdarwis) tentang panduan mendampingi pengunjung agar selama berada di Ujung Tamiang tidak melakukan perusakan kawasan hutan. "Kami juga sudah membantu mendirikan beberapa fasilitas, misalnya joglo ada tiga buah, termasuk Rumah Informasi Informasi Tuntong Laut," kata Yusriono.(mad)