Sekolah Muhammadiyah Bireuen Menjadi Model Sekolah Inklusif
Salah satu sekolah penggerak yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bireuen adalah SDIT Muhammadiyah.
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Amirullah
Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Luar Biasa (PPPPTK TK & PLB), Drs Abu Khaer MPd melakukan kunjungan kerja ke Sekolah Luar Biasa (SLB) Vokasional Muhammadiyah serta kunjungan ke salah satu sekolah penggerak di Kabupaten Bireuen, Minggu (7/11/2021).
Salah satu sekolah penggerak yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bireuen adalah SDIT Muhammadiyah.
Secara kebetulan kedua sekolah yang dikunjungi ini berada dalam satu kompleks yang sama.
Selain SLB dan SDIT, dalam lingkungan sekolah tersebut juga terdapat beberapa sekolah dengan jenjang lainnya, seperti TK IT, SMP IT, dan SMA IT Muhammadiyah Bireuen.
Drs Abu Khaer MPd mengatakan, keberadaan SLB dan peserta didik berkebutuhan khusus di tengah-tengah sekolah regular merupakan satu inspirasi sebuah kehidupan lingkungan pendidikan yang ramah disabilitas.
Baca juga: Lowongan Kerja Terbaru PT Pertamina Ditutup 10 November 2021, Buruan Daftar! Cek Posisi & Syaratnya
Baca juga: Syok Pertama Kali Lihat Wajah Asli Istri Tanpa Riasan, Pria Ini Langsung Ingin Cerai Usai Ijab Kabul
“Saya terharu melihat kompleks pendidikan di Muhammadiyah Bireuen. Anak-anak berkebutuhan khusus berbaur gembira dengan anak-anak lainnya. Mereka dapat bermain, belajar bersama, shalat bersama di musala sekolah, saling menghargai, menyayangi, dan disayangi. Ini wujud dari budaya sosial inklusif dan tentunya akan berdampak positif untuk perkembangan akademik, emosi, dan sosial anak-anak berkebutuhan khusus,” ucap Abu Khaer, Minggu (7/11/2021).
Ia berharap agar setiap sekolah dapat melayani anak-anak berkebutuhan khusus sesuai dengan fitrahnya, melakukan identifikasi dan asesmen agar dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.
“Regulasi-regulasi yang telah ada, seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Penyediaan Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas menjadi dasar penguat ketika melaksanakan program-program berkaitan dengan pendidikan yang ramah anak," tambahnya.
Baca juga: Sumur Minyak Segera Mengering, Rakyat Timor Leste Gelisah: Bagaimana Orang Mau Makan?
Baca juga: Harga Emas Hari Ini, Senin (8/11/2021), Berikut Harga Emas Per Mayam dan Harga Emas Per Gram
Ikhtiar yang telah dijalankan dalam lingkungan sekolah Muhammadiyah ini, disarankan Abu Khaer, dapat diadopsi, menjadi role model dan menjadi inspirasi bagi lingkungan sekolah-sekolah lainnya di Aceh.
Turut hadir pada kegiatan tersebut Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Aceh, Dr Muslihuddin MPd, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Bireuen, Murtadha SSos, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bireuen, Muhammad Al Muttaqin MPd, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bireuen, dr Athaillah A Latief SpOG, 18 orang kepala sekolah penggerak, para kepala sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dan tamu undangan lainnya. (*)
Baca juga: Jokowi Mania Minta Luhut Mengundurkan Diri dari Jabatannya Secara Terhormat