Pandemi Covid 19
Waspada Masuknya Varian AY.4.2M Mutasi Varian Delta Plus, Jangan Lengah Tetap Disiplin Prokes
Dengan munculnya varian ini, para peneliti memperingatkan bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir dan masyarakat harus tetap waspada.
Penulis: Ansari Hasyim | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM - Pemerintah mengimbau agar semua pihak untuk terus menerapkan protokol kesehatan dengan ketat menyusul ditemukannya varian baru covid-19 yakni varian AY.4.2M yang merupakan mutasi dari varian Delta Plus.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, varian ini tengah menjadi variant of monitoring oleh Badan Kesehatan Inggris dan hingga saat ini belum ditemukan di Indonesia.
"Namun tidak menutup kemungkinan adanya potensi varian ini justru muncul karena mutasi di dalam negeri," Siti Nadia dalam keterangannya baru-baru ini di Jakarta.
Di Indonesia, telah ditemukan varian mutasi dari varian Delta sebanyak 22 mutasi.
Dengan munculnya varian ini, para peneliti memperingatkan bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir dan masyarakat harus tetap waspada.
Baca juga: Mahasiswa Unimal Dampingi Tim Puskesmas Kota Juang Lakukan Posbindu di Desa Pulo Kiton
Varian AY.4.2 telah terdeteksi di 33 negara, termasuk Inggris yang dilaporkan menjadi lokasi pertama ditemukannya varian ini.
Denmark, Jerman, Irlandia, Amerika Serikat, Rusia, dan India juga melaporkan adanya penyebaran varian ini.
Menurut data Cov-Lineages.org, Inggris menyumbang 96 persen dari semua kasus yang berkaitan dengan AY.4.2. Denmark dan Jerman masing-masing memiliki 1 persen kasus.
Varian AY.4.2 juga kerap menimbulkan keresahan pada masyarakat India.
Menurut GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data), Jerman, setidaknya ada tujuh belas kasus varian baru covid tersebut telah terdeteksi di India.
Baca juga: Benarkah Mandi Malam Bisa Bikin Rematik? Jangan Salah Kaprah, Simak Penjelasan dr Riesa Broto Asmoro
Menurut Matthew Bashton dan Darren Smith dari Universitas Northumbria, Inggris, setidaknya 75 garis keturunan AY dari virus corona telah diidentifikasi.
Masing-masing dengan mutasi berbeda.
Matthew menjelaskan, virus AY tidak jauh berbeda dari genom Delta, yang pertama kali terdeteksi di India dan menjadi varian dominan di banyak negara karena penularannya tinggi.
Namun, varian AY.4.2 membawa dua mutasi tambahan, yaitu Y145H dan A222V pada spike protein (protein lonjakan) virus.
Mutasi A222V sebelumnya ditemukan dalam garis keturunan B.1.177, yang muncul di Spanyol dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa utara.
Sedangkan, mutasi Y145H terlihat jauh lebih jarang penyebarannya.
Kedua mutasi tersebut dapat memengaruhi protein lonjakan. Protein lonjakan adalah bagian penting dari permukaan luar virus, dan juga berguna untuk masuk ke sel tubuh.(*)