Berita Gayo Lues
Lestarikan Budaya Pongot, Sanggar Seni Beringin Sejuk Adakan Perlombaan
Perlombaan budaya Gayo berupa regenerasi pongot tersebut, diikuti sebanyak 39 orang peserta dari tingkat siswi SMP dan SMA di Gayo Lues.
Penulis: Rasidan | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Rasidan | Gayo Lues
SERAMBINEWS.COM, BLANGKEJEREN - Sebuah sanggar seni bekerjasama dengan kementerian pendidikan, kebudayaan riset dan teknologi, menyelenggarakan perlombaan dalam melestarikan regenerasi pongot (Menangis-red) yang merupakan salah satu budaya di kabupaten Gayo Lues (Galus) tersebut selama ini.
Berdasarkan informasi yang diterima Serambinews.com, kegiatan dalam melestarikan budaya Gayo berupa perlombaan pongot tersebut diselenggarakan oleh sanggar seni Beringin Sejuk SMAN 1 Rikit Gaib yang bekerjasama dengan kementerian itu, dipusatkan di Balai Pendopo Bupati Galus yang dibuka langsung oleh Wabup Galus, Said Sani dihadiri sejumlah kepala SKPK lainnya, Senin (15/11/2021).
Perlombaan budaya Gayo berupa regenerasi pongot tersebut, diikuti sebanyak 39 orang peserta dari tingkat siswi SMP dan SMA di kabupaten itu.
Wabup Galus, Said Sani dalam sambutannya mengatakan, budaya Gayo berupa pongot tersebut merupakan cara dan budaya orang tua zaman dahulu, dalam hal menyampaikan pesan baik itu nasehat maupun ajaran tata lainnya, sehingga budaya ini sangat bagus untuk dilestarikan dan dikembangkan bagi-bagi anak sebagai generasi penerus tersebut.
Wabup Galus mengaku, di zaman para orang tua dahulu yang bisa dipastikan pada era 70-an tahun kebelakang ini, masih jarang yang bisa di tulis atau dibukukan serta dibaca.
Akan tetapi melalui budaya pongot inilah yang menjadi sarana untuk menyampaikan dan menasehati, baik di acara momen pernikahan maupun di acara adat gayo lainnya.
Baca juga: Khawatir Bikin Gaduh Masyarakat, Husin Shahab Cabut Laporan Polisi Terhadap Greenpeace
Baca juga: Cristiano Ronaldo Marah-marah ke Pelatih, Asa Portugal Lolos Langsung ke Piala Dunia 2022 Tertunda
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pariwisata Galus, Irsan Firdaus, mengatakan, saat ini anak muda terutama di gayo lues lebih menyukai budaya luar atau budaya asing, sehingga sangat disayangkan dan dikhawatirkan budaya Gayo sendiri akan punah seperti budaya pongot tersebut, justru karena itu harus dilestarikan kembali melalui regenerasi tersebut.
"Padahal saat ini banyak budayawan asing tersebut, malah datang ke daerah Gayo untuk mempelajari budaya gayo sendiri yang notabenenya sangatlah indah milik suku Gayo itu sendiri," sebutnya.(*)