Info Kesehatan
Stop Kebiasaan Berteriak pada Anak Jika Tak Mau Menyesal, Efeknya Bisa Bikin Masa Depan Mereka Suram
Sebagian orang tua menganggap dengan bersuara keras akan membuat anak-anak mereka patuh. Kadang-kadang bikin mereka patuh, tapi cara ini...
SERAMBINEWS.COM - Tak sedikit orang tua yang punya kebiasaan buruk berteriak pada anak mereka.
Sebagian orang tua menganggap dengan bersuara keras akan membuat anak-anak mereka patuh.
Kadang-kadang bikin mereka patuh, tapi cara ini punya efek buruk yakni memberikan efek psikologis pada anak.
Orang tua yang sering membentak anak-anak mereka bisa dengan mudah menghancurkan diri anak secara perlahan terlebih jika anak mereka memiliki harga diri yang rendah.
Selain itu, kebiasaan membentak anak juga dapat memengaruhi perkembangan pribadi anak dan bidang kehidupan anak lainnya, hingga membuat masa depan mereka suram.
Stop dari sekarang, Berikut 5 efek negatif dari kebiasaan membentak atau berteriak yang dilakukan orang tua pada anak-anak mereka sebagaimana dilansir dari Greensprings School:
1. Membuat masalah perilaku anak menjadi lebih buruk
Banyak orang tua menjadikan kebiasaan berteriak sebagai solusi cepat untuk memperbaiki perilaku irasional anak-anak mereka.
Orang tua seperti itu berpikir bahwa ketika meneriaki anak-anak, maka si anak tidak akan mengulangi kembali kesalahannya di masa depan. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa pemikiran semacam itu tidak bisa dibenarkan.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa anak-anak yang sering dimarahi orang tuanya justru tidak mau mengubah perilaku buruk mereka. Bahkan, anak-anak tersebut akan terdorong untuk bereaksi negatif dan melakukan pelanggaran lebih sering dari sebelumnya.
2. Mengubah perkembangan otak anak
Penelitian lain menunjukkan bahwa salah satu efek psikologis yang akan dirasakan anak setelah dibentak oleh orang tuanya yaitu perkembangan otak mereka cenderung mengalami perubahan.
Sama halnya dengan peristiwa hidup yang negatif, teriakan akan diproses dengan cepat dan menyeluruh oleh otak. Akibatnya, otak anak pun akan mengalami perubahan dalam perkembangannya.
Adapun dalam penelitian tersebut mencoba mengambil hasil dari pemindaian MRI (Magnetic Resonance Imaging) otak dari orang-orang yang memiliki riwayat pelecehan verbal dari orang tua di masa kanak-kanak mereka dan orang-orang yang tidak mengalaminya.
Setelah hasilnya dibandingkan, terdapat perbedaan yang signifikan pada bagian otak yang memproses suara dan bahasa.