Internasional

Uang Lira Turki Turun ke Rekor Terendah, Rubel Rusia Kembali Pulih Terhadap Dolar

Uang Lira Turki turun 8 persen ke rekor terendah pada Selasa (23/11/2021) menjadi 12,49 per dolar AS.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Uang Lira Turki 

SERAMBINEWS.COM, ANKARA - Uang Lira Turki turun 8 persen ke rekor terendah pada Selasa (23/11/2021) menjadi 12,49 per dolar AS.

Hal itu ditengah meningkatnya kekhawatiran tentang kebijakan moneter Turki yang tidak konvensional.

Sebaliknya, mata uangf rubel Rusia kembali pulih, tetapi ada kekhawatiran tentang perang dengan Ukraina.

Presiden Turki Tayyip Erdogan, yang telah lama menuntut stimulus untuk memacu pertumbuhan ekonomi, mempertahankan tingkat kebijakan yang lebih rendah.

Erdogan bersumpah untuk berhasil dalam perang kemerdekaan ekonomi negaranya.

Tingkat kebijakan sekarang 15 persen, dengan inflasi berjalan 20 persen.

Baca juga: Mata Uang Digital Apa yang Paling Populer Saat Ini? Berikut Lima Kripto yang Paling Besar dan Kuat 

Spekulasi Erdogan akan segera menggantikan Menteri Keuangan dan Ekonomi Lutfi Elvan semakin mengkhawatirkan.

Lira sekarang turun lebih dari 37 persen terhadap dolar pada 2021.

Sehingga, secara signifikan tertinggal dari rekan-rekan pasar negara berkembang lainnya.

“Kita harus benar-benar mulai melihat ketegangan di sektor perbankan sebelum kita mungkin mendapatkan perubahan arah," kata Erdogan.

"Sejauh ini, bank telah mengatasi ini dengan sangat baik," tambahnya.

"Selama itu tetap terjadi, saya menduga bank sentral tidak akan menaikkan suku bunga,” kata Jason Tuvey, ekonom senior EM di Capital Economics.

Baca juga: Turki Tawarkan Bantuan ke Lebanon, Atasi krisis Dengan Negara Arab

Dia menambahkan lira mungkin jatuh lagi di atas 13 persen.

Sentimen risiko lebih luas terpukul setelah Presiden AS Joe Biden memilih kepala Federal Reserve Jerome Powell untuk memimpin masa jabatan berikutnya.

Sehingga, meningkatkan taruhan, bank sentral dapat memperketat kebijakan lebih cepat dari yang diharapkan, yang dapat menarik dana dari aset EM.

Saham EM mencapai posisi terendah selama enam minggu.

Tetapi, dengan beberapa keuntungan di China daratan, India, Turki dan saham Rusia membatasi kerugian.

Bank sentral di negara berkembang yang menaikkan suku bunga akan mendukung utang pasar negara berkembang.

Tetapi bisa menimbulkan masalah bagi ekuitas, kata BlackRock.(*)

Baca juga: VIDEO - Turki Tangkap Tersangka Penembak Presiden Haiti

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved