Berita Aceh Tamiang
Komunitas Sejarah Prihatin dengan Makam Kasibun, Guru yang Gugur Ditembak Tentara Jepang di Tamiang
Menurut jejak sejarah, Kasibun merupakan guru sekaligus sosok pahlawan yang gugur di masa penjajahan Jepang.
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Komunitas Sejarah Timur Atjeh (Setia) menyoroti kondisi makam Kasibun karena sama sekali tidak menyiratkan sebagai situs sejarah.
Menurut jejak sejarah yang mereka miliki, Kasibun merupakan sosok pahlawan yang gugur di masa penjajahan Jepang.
“Kami berharap pemerintah daerah memberikan perhatian agar sosok Kasibun agar tetap dikenal, karena beliau merupakan pahlawan pendidikan,” kata Ketua Komunias Setia, Riduan, Spd, Kamis (2/12/2021).
Riduan bersama timnya telah meninjau langsung makam Kasibun di belakang SDN 2 Tualag Cut, Manyakpayed, Aceh Tamiang pada Rabu (29/11/2021) lalu. Menurutnya, kondisi makam tersebut sama sekali tidak memiliki tanda maupun deskripsi kalau Kasibun merupakan guru yang menjadi korban agresi militer Jepang.
Dalam catatan mereka, Kasibun merupakan guru Sekolah Rakyat (SR) yang ditembak bersama anaknya, Thasbun yang sedang melakukan agresi militer di sepanjang jalan Tamiang - Langsa pada 24 Desember 1945.
“Dalam kunjungan kemarin kami telah memasang tulisan yang berisikan deskripsi singkat mengenai almarhum. Tujuannya agar generasi muda tahu kalau makam tersebut merupakan sosok pejuang pendidikan kita,” beber Riduan.
Baca juga: Enam Guru di Pidie Terima Emas dan Uang Tunai di HUT PGRI
Kunjungan itu diakui dalam rangkaian memeringati Hari Guru sekaligus bentuk penghargaan dan penghormatan kepada para pahlawan pendidikan.
“Harapan kami dengan adanya spanduk ini, masyarakat menyadari kalau makam tersebut merupakan sosok pahlawan pendidikan kita,” sambungnya.
Dijelaskannya lagi, Komunitas Sejarah Timur Atjeh (Setia) merupakan sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang kesejarahan. Mereka berharap aksi ini memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan situs sejarah sehingga terpanggil untuk memahami dan menjaga objek-objek sejarah.
Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tamiang, Abdul Muthalib ketika dikonfirmasi menyampaikan terima kasih dan mengapresiasi Komunitas Setia karena sudah bersedia membantu mendata peninggalan sejarah pendidikan.
Disdikbud Aceh Tamiang sendiri diakuinya masih memerlukan sumber yang lebih valid dan keakuratan data yang lebih mendalam sebelum memutuskan sebuah objek sebagai peninggalan sejarah.
“Informasi ini akan kami tindaklanjuti, mungkin dengan melakukan pendalaman informasi dan data, sehingga tidak salah dalam mengambil keputusan,” kata Muthalib, Kamis (2/12/2021).(*)