Berita Aceh Tamiang
Wabup Aceh Tamiang Sambangi Dinas Pertanian, Matangkan Konsep Perkebunan Kakao
Ide menghidupkan kembali perkebunan kakao ini didasari tiga hal, yaitu harga jual yang relatif lebih stabil dibanding kelapa sawit dan karet.
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Pemkab Aceh Tamiang berniat kembali menggalakkan perkebunan kakao di lingkungan masyarakat. Harga jual yang stabil dan kebutuhan lahan yang tidak terlalu luas, kakao dinilai cocok sebagai alternatif perkebunan kelapa sawit dan karet.
Rencana menghidupkan kembali perkebunan kakao ini dicetuskan Wakil Bupati Aceh Tamiang, HT Insyafuddin.
Secara khusus, Insyafuddin bahkan datang langsung ke Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan (Distanbunak) Aceh Tamiang, Senin (6/12/2021) sore. “Mau bertemu Kabid Perkebunan, ada hal yang perlu dibahas terkait kakao,” kata Insyafuddin di halaman kantor Distanbunak Aceh Tamiang.
Dia menjelaskan ide menghidupkan kembali perkebunan kakao ini didasari tiga hal, yaitu harga jual yang relatif lebih stabil dibanding kelapa sawit dan karet. Diakuinya harga TBS kelapa sawit hari ini mengalami lonjakan drastis, namun sewaktu-waktu bisa anjlok tajam.
“Kalau kakao ini relatif lebih aman, hari ini bervariasi antara 29 ribu sampai 33 ribu, tergantung kekeringannya,” kata Insyafuddin.
Alasan kedua diakuinya lahan yang dibutuhkan untuk membuka perkebunan kakao tidak seluas kelapa sawit maupun karet. Masyarakat yang hanya memiliki lahan satu rante dinilainya sudah cukup untuk memulai perkebunan ini, sementara kepala sawit dan karet membutuhkan luas lahan sepuluh kali lipat,
“Yang ketiga yang menjadi dasar pemikiran ini karena sejalan dengan program Presiden Jokowi untuk menggerakan ekonomi masyarakat di masa pandemi. Ternyata selama pandemi, sektor pertanian dan perkebunan tidak kena dampak, terbukti harga sawit terus naik,” ungkapnya.
Baca juga: VIDEO - Kontes Elang di Kazakhstan, Tradisi Kerja Sama Pemburu dan Burung Pemangsa
Baca juga: Jadwal Kejuaraan Dunia BWF 2021 - Wakil Indonesia Mulai Bertanding Pada 12 Desember, Ini Lawannya
Insyafuddin sengaja membandingkan kakao dengan kepala sawit dan karet, karena dua jenis tanaman itu marupakan komoditi andalan masyarakat Aceh Tamiang. “Kita mencoba menawarkan alternatif kepada masyarakat, jangan terfokus pada karet dan sawit saja, ternyata kakao juga menjanjikan keuntungan yang sama,” ujarnya.
Berdasarkan pertemuan dengan Kabid Perkebunan Distanbunak Aceh Tamiang, Edwar Fadli Yukti, ada tiga langkah yang akan dicoba Pemkab Aceh Tamiang untuk menghidupkan kembali perkebunan kakao ini.
Pertama, petani diarahkan membentuk koperasi, kemudian mendata ulang kelompok petani yang sebelumnya pernah dibina Swisscontact dan terakhir melakukan peremajaan tanaman layaknya yang dilakukan terhadap kebun kelapa sawit.
“Ternyata dulu pasca-tsunami dan banjir bandang Aceh Tamiang, petani kita sudah pernah dibina Swisscontact, ini akan didata ulang, kemudian kita bimbing untuk memulai berkebun kakao,” kata Insyafuddin seraya mengatakan minat Eropa terhadap kakao Aceh masih sangat tinggi.(*)