Internasional
Uni Emirat Arab Tunda Pembelian Jet Tempur Canggih dan Drone Amerika Serikat Senilai Rp 329 Triliun
Uni Emirat Arab (UEA) menunda kesepakatan pembelian senilai $23 miliar, sekitar Rp 329 triliun. UEA sebelumnya telah merencanakan membeli jet tempur
“Kami ingin memastikan, misalnya, komitmen terhadap keunggulan militer kualitatif Israel," ujarnya kepada wartawan di Kuala Lumpur, Rabu (15/12/2021).
"Jadi kami ingin memastikan dapat melakukan tinjauan menyeluruh terhadap teknologi apapun yang dijual atau ditransfer ke mitra lain di wilayah tersebut, termasuk UEA,” katanya
Baca juga: Perdana Menteri Israel Kunjungi Uni Emirat Arab, Bahas Nuklir Iran
Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan persyaratan AS tentang penggunaan peralatan militer buatan Amerika bersifat universal.
Bahkan, tidak dapat dinegosiasikan dan tidak khusus untuk UEA saja.
“Kemitraan AS dengan UEA lebih strategis dan lebih kompleks daripada penjualan satu senjata manapun,” kata Kirby.
Seseorang yang mengetahui masalah ini mengatakan AS yakin langkah Emirat sebagai taktik negosiasi untuk mencoba melanjutkan proses.
Dikatakan, surat UEA yang memberi tahu AS tentang penangguhan itu ditulis oleh pejabat tingkat rendah.
The Wall Street Journal pertama kali mengungkapkan penangguhan negosiasi.
UEA telah lama bekerja dengan AS dalam kontraterorisme.
Termasuk mengizinkan masuknya orang-orang yang melarikan diri dari Afghanistan selama penarikan AS yang kacau awal tahun ini.
Tetapi ketegangan antara Washington dan Abu Dhabi telah meningkat karena kerja sama UEA yang berkembang dengan China.
Pekan lalu, seorang diplomat tinggi UEA mengakui menghentikan pembangunan fasilitas China di pelabuhan Abu Dhabi yang dianggap Amerika sebagai pangkalan militer.
The Journal pertama kali mengungkapkan keberadaan fasilitas yang dituduhkan.
“Kami mempertimbangkan kekhawatiran Amerika ini dan kami menghentikan pekerjaan di fasilitas itu,” kata Menlu UEA Anwar Gargash.
Baca juga: Serangan Jet Tempur Koalisi Arab Saudi Tewaskan 95 Anggota Milisi Houthi
Dia mengatakan pada pertemuan Institut Negara Teluk Arab di Washington.
“Tetapi posisi kami tetap sama, fasilitas ini sebenarnya bukan fasilitas militer,” ujarnya.
Dia menggambarkan diskusi antara UEA dan AS cukup jujur.(*)