Berita Banda Aceh

Tsunami Dapat Dijadikan Sumber Pembelajaran dan Daya Tarik Wisata

situs-situs peninggalan tsunami juga menjadi destinasi wisata bagi masyarakat yang ingin melihat langsung dampak tsunami

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Nur Nihayati
For Serambinews.com
Kepala Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST), Muhamad Ihwan MSi (paling kiri) berfoto bersama moderator Muhammad Tama Bara Sakti dan narasumber Direktur Rumoh Manuskrip Aceh, Tarmizi Abdul Hamid serta Kabid Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Teuku Hendra Faisal MSi seusai Webina byr 'Melihat Tsunami dari Kacamata Pariwisata'. Webinar itu bagian dari agenda Pekan Peringatan Tsunami Aceh Ke-17 yang dilaksanakan di Aula BAST Aceh, Rabu (15/12/2021) siang. 

Dosen Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala ini juga menjelaskan perlunya mitigasi bencana untuk mengurangi potensi kerugian atau korban. Di antaranya dengan membangun gedung evakuasi, perbaikan struktur bangunan, kanal, tembok laut, maupun hutan pantai dengan tanaman mangrove (bakau).

Selain itu, lanjut Syamsidik, juga dapat dilakukan mitigasi melalui latihan evakuasi tsunami, early warning system, penataan ruang, dan kontrol terhadap jumlah penduduk di kawasan pantai.

Adanya tsunami di masa lampau yang merangsek daratan Aceh juga dibenarkan oleh Direktur Rumoh Manuskrip Aceh, Tarmizi Abdul Hamid. 

Rekam jejak peristiwa bencana tercatat dalam beberapa manuskrip Aceh, terutama bencana gempa dan dampaknya. Demikian dikatakan kolektor dokumen dan benda bersejarah yang akrab disapa "Cek Midi" ini.

Di dalam manuskrip, katanya lebih lanjut, juga dijelaskan tentang takbir (takwil) gempa yang juga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk belajar tentang peristiwa gempa dan  dampak yang akan terjadi.

“Dengan hadirnya teknologi yang canggih dan modern, bukan serta merta menguburkan kearifan lokal masyarakat terdahulu. Akan tetapi sepatutnya masyarakat dapat memadukan dua disiplin keilmuan tersebut yang dapat  menambah pengetahuan dan kesiagaan terhadap bencana," kata Tarmizi.

Peninggalan bencana dan jejak tsunami Aceh, menurut Tarmizi, merupakan aset berharga bagi dunia pariwisata Aceh. Begitu juga dengan peninggalan-peninggalan lain seperti artefak sejarah, arsip tsunami, dan budaya Aceh.

Sementara itu, pada hari pertama Pekan Peringatan Ke-17 Tsunami Aceh, Selasa (14/12/2021) BAST Aceh memberikan  penghargaan khusus kepada Ir Faizal Adriansyah MSi, geolog senior di Aceh yang juga Kepala Pusat Pelatihan dan Pengembangan Kajian Hukum Administrasi Negara (Puslatbang KHAN LAN) Republik Indonesia.

Penghargaan dalam bentuk piagam tersebut diberikan kepada Faizal Adriansyah atas peran sertanya dalam penyelamatan dan pelestarian arsip yang bernilai guna pertanggungjawaban nasional bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Piagam penghargaan yang sudah dibingkai bagus itu diserahkan oleh Kepala BAST, Muhammad Ihwan MSi di Aula Kantor BAST, Selasa pagi. 

Penyerahan piagam penghargaan itu dirangkai dengan Webinar Pekan Peringatan Ke-17 Tsunami Aceh yang dibuka secara resmi oleh Kepala ANRI, Drs Imam Gunarto MHum.  

Terpilihnya Faizal Adriansyah sebagai penerima penghargaan bukan tanpa alasan. Menurut Kepala BAST, kiprah Faizal dalam menyimpan dokumen pribadi, terutama tulisan-tulisannya tentang kebencanaan, patut mendapat apresiasi. 

"Bahkan tulisannya terkait tsunami menjadi fenomenal karena ia tulis 12 tahun sebelum Aceh diterjang tsunami," kata Muhammad Ihwan.

Kala itu Ustaz Faizal menulis artikel di Rubrik Opini Harian Serambi Indonesia tentang gempa dan tsunami yang terjadi di NTT pada 16 Desember 1992 dengan judul 'Mengapa di Tanahku Terjadi Bencana'. 

Dalam tulisan itu dia ingatkan bahwa tsunami berpeluang terjadi di Aceh bila dipicu oleh gempa besar. Dan saat itu Aceh sudah lama tak digoyang gempa besar. Jadi, energi yang terhimpun sudah cukup besar, sehingga gempanya berpotensi memicu tsunami.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved