Berita Banda Aceh
Tim Riset USK Hasilkan Sistem Cerdas Sirkulasi Udara, Pasien dan Dokter Tetap Aman di Ruangan
Peneliti Universitas Syiah Kuala (USK) menciptakan inovasi ruang isolasi pasien terpapar penyakit menular melalui udara seperti halnya Covid-19.
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: M Nur Pakar
Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Peneliti Universitas Syiah Kuala (USK) menciptakan inovasi ruang isolasi pasien terpapar penyakit menular melalui udara seperti halnya Covid-19.
Sistem cerdas itu akan membuat ruang isolasi aman bagi dokter dan pasien.
Tim Riset USK ini diketuai oleh Rektor, Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng IPU, ASEAN.Eng.
Anggota tim terdiri atas to Prof Dr dr Maimun Syukri SpPD-KGH.
Dr Ir Hamdani Umar MT dan Dr Ir Razali Thaib MSi, MT.
Dr Irwansyah MEng, Dr-Ing Rudi Kurniawan MSc, Dr Sarwo Edhy Sofyan MEng, dan dr Harapan M.Infect.Dis, DTMH, PhD.
Dalam penelitian ini, USK juga berkolaborasi dengan Prof TM Indra Mahlia MEng dari University of Technology Sydney, Ultimo, New South Wales Australia.
Rudi Kurniawan, salah seorang peneliti mewakili rekannya menyampaikan, pandemi Covid-19 yang melanda dunia dalam dua tahun terakhir telah menimbulkan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat.
Baca juga: Polda Aceh Minta Masyarakat Segera Vaksin dan Waspadai Varian Baru Omicron
Hal inilah yang mendasari Tim Riset USK untuk melakukan riset tersebut.
Dikarenakan penularan melalui media udara, maka pasien yang terinfeksi ditempatkan pada ruangan isolasi yang menggunakan tekanan udara negatif.
Menurut Rudi, ruangan dengan tekanan udara negatif dapat diartikan tekanan udara di dalam ruangan lebih rendah dibandingkan di luar ruangan.
Alasannya, ruangan bertekanan udara negatif memiliki sifat untuk dapat menahan virus maupun bakteri yang ada atau masuk ke dalam ruangan.
Sehingga virus ataupun bakteri tersebut tidak akan keluar dari ruangan.
"Untuk membuat tekanan udara negatif pada ruang tersebut maka diperlukan sistem tata udara," jelasnya.
Meliputi perangkat sistem pendingin udara, sistem cerdas untuk pengaturan sirkulasi udara di dalam ruang isolaso.
Kemudian, desain penempatan saluran udara masuk dan keluar dari ruangan, tutur Rudi.
Sistem cerdas sirkulasi udara ini berfungsi, lanjutnya, untuk mengurangi kemungkinan tertularnya paramedis virus dari penyakit menular semaksimal mungkin.
Pada saat dokter akan melakukan visit ke ruangan isolasi, maka sistem cerdas ini akan melakukan proses sirkulasi udara tertentu.
Khususya, membersihkan udara di dalam ruang isolasi dari virus,
Kemudian, memberi lampu hijau jika ruang sudah boleh dimasuki oleh dokter.
Baca juga: Amerika Serikat Akui Covid-19 Omicron Telah Mendominasi Kasus Virus Corona di Negaranya
"Dokter pun diharapkan tidak perlu menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sangat kompleks, cukup masker saja," jelasnya.
Disebutkan, dengan adanya sirkulasi udara yang baik dalam ruangan isolasi, maka risiko penularan penyakit akan minim.
Sistem sirkulasi udara seperti itu, menurutnya, dapat memberikan rasa aman dan nyaman, baik bagi pasien maupun dokter.
Sebab, jika dokter masih menggunakan APD yang komplit, maka pasien akan merasa tidak nyaman.
Sementara itu, Prof Samsul Rizal mengatakan, akhir dari penelitian ini para peneliti USK coba menawarkan sebuah standar yang dapat dilakukan secara nasional.
Sehingga, dapat menjadi acuan dalam membangun ruang isolasi untuk perawatan pasien dengan penyakit menular melalui media udara.
Sistem cerdas dalam penelitian ini memerlukan berbagai perangkat lunak dan perangkat keras.
Dimana, berfungsi sebagai pengumpul data dan mengendalikan sistem sirkulasi udara.
Selain itu, untuk mengamati pola aliran udara di dalam ruang isolasi secara visual.
Makanya, diperlukan sebuah kamera berkecepatan tinggi yang mampu merekam aliran udara yang sangat cepat.
"Peralatan tersebut diadakan dari luar negeri melalui kegiatan importasi," kata Prof Samsul Rizal yang juga Rektor USK.
Dalam kegiatan importasi ini, USK berterima kasih sebesar-besarnya kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Disampaikan melalu Kantor Pelayanan Utama Tipe C Soekarno-Hatta.
Atas dukungannya untuk pembebasan bea masuk dan cukai atas impor barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan ini.
Melaluii Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 200 tahun 2019 dengan nilai total pembebasan sekitar Rp 550 juta.
USK juga berterima kasih sebesar-besarnya kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Aceh (Kanwil DJBC Aceh).
Atas dukungan proses implementasi PMK.
Hal ini dimulai Ketika Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Aceh (Kanwil DJBC Aceh) Aceh melaksanakan Customs Goes to Campus di Universitas Syiah Kuala pada 30 Juli 2021.
Pada kegiatan tersebut dilakukan sosialisasi kepada peneliti di lingkungan USK dan semua perguruan tinggi negeri lainnya di Aceh.
Tentang tata cara mendapatkan fasilitas Pembebasan Bea Masuk dan Cukai atas Impor Barang untuk Keperluan Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
Baca juga: Covid-19 Omicron Sudah Menyebar ke 89 Negara, Penyebaran Berlipat Ganda Setiap Hari
Sedangkan sumber pendanaan riset ini berasal dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui skema yang mereka ikuti, Rispro International Collaboration & Diaspora.
"Menjadi salah satu fokus penelitian di bidang kesehatan, material dan teknologi, dan maritim," kata Rektor USK.
Tim Riset USK berhasil lolos sehingga berhak menerima dana riset sebesar Rp 4,9 miliar untuk tiga tahun penelitian yang dimulai dari 2021 sampai 2024. (*)