Berita Luar Negeri
Baru Saja Referendum, Amerika Serikat Hingga China Sudah Lirik Bougainville, Ternyata Menyimpan Ini
China, Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru saat ini sedang mengamati perkembangan calon negara baru tersebut.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
Baru Saja Referendum, Amerika Serikat Hingga China Sudah Lirik Bougainville, Ternyata Menyimpan Ini
SERAMBINEWS.COM - Negara adikuasa di dunia kini sedang melirik ‘calon’ negara baru Bougainville dalam kemerdekaan dari Papua Nugini.
Pada akhir 2019, orang-orang turun ke jalan bersiap untuk memilih dalam referendum yang telah mereka tunggu selama beberapa dekade.
Orang-orang membunyikan klakson mobil dan berteriak “Kotak dua, Kotak dua!” mengacu pada kotak di kertas suara untuk menandai kemerdekaan.
Dari 206.000 pemilih terdaftar, hampir 98 persen memilih untuk merdeka.
Baca juga: Bougainville, Negara Baru Tetangga Indonesia Pecahan Papua Nugini, Miliki Sumber Daya Alam Melimpah
Bougainville yang merupakan wilayah termiskin ternyata menyimpan sumber daya emas dan tembaga yang cukup besar.
China, Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru saat ini sedang mengamati perkembangan calon negara baru tersebut.
Ya tentu saja, ambisi mereka karena wilayah pulau itu memiliki kekayaan tembaga dan emas.
Meski hasil referendum sudah menggema, ini bukan akhir dari proses.

Menurut Komite Rencana Perdamaian Bougainville , setiap hasil harus diratifikasi oleh parlemen Papua Nugini (PNG) agar dapat dilaksanakan.
Pemerintah PNG dan pemimpin Bougainville, telah menyepakati jangka waktu 5 tahun, antara 2025 dan 2027, untuk keputusan tentang penyelesaian politik akhir Bougainville.
Selain pemerintahan PNG yang tak sepenuh hati melepaskan, geopolitik di sekitar kemerdekaan Bougainville semakin memperumit masalah ini.
Baca juga: Didukung Australia hingga China, Kemerdekaan Bougainville Justru Ditentang Indonesia
Australia dan Selandia Baru telah banyak melakukan dorongan dalam proses perdamaian dan ingin dilihat sebagai 'perantara yang jujur' dalam resolusi apa pun.
Disisi lain, para pengamat mengatakan bahwa Indonesia justru menentang kemerdekaan Bougainville.