Linguistik
Peneliti Linguistik USU: Bahasa Gayo Diwariskan dari Proto Austronesia
Bahasa Proto Austronesia diduga berasal dari Cina bagian Selatan yang masuk ke Asia Tenggara sekitar 5000 tahun lalu.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Peneliti linguistik dari Universitas Sumatera Utara (USU) Dr Dardanila, M.Hum, menyatakan Bahasa Gayo merupakan pewaris langsung dari Bahasa Proto Austronesia. Pewarisan dilakukan secara linier dan inovasi. Sejumlah kata Austronesia yang masih tetap dipakai dalam bahasa Gayo, antara lain "ulu" artinya kepala, nipi (mimpi), "belah, beloh, tanom," dan sebagainya.
Dr Dardanila, M.Hum menyampaikan itu dalam "Dialog Gayo Prasejarah" dalam rangka Desember Kopi Gayo 2021 di Balai Arkeologi (Balar) Sumut beberapa waktu lalu.
Dr Dardanila melakukan penelitian selama dua tahun pada 2016, untuk mengetahui kedekatan bahasa Gayo dengan Bahasa Proto Austronesia. Bahasa Proto Austronesia adalah rumpun bahasa yang digunakan oleh manusia Austronesia mendiami Asia Tenggara sekitar 5000 tahun lalu, diduga berasal dari Taiwan dan bermigrasi dari Cina bagian Selatan.
Hasil penelitiannya ini menegaskan bahwa Bahasa Gayo bukan berasal dari bahasa Batak seperti yang selama ini diasumsikan. "Berdasarkan penelitian saya, bahasa Gayo itu berdiri sendiri berasal dari Proto Austronesia, bukan berasal dari Batak atau Karo. Bahasa Gayo diturunkan dari Austronesia yang menciptakan kosa kata dalam bahasa gayo sendiri dan itu berasal dari 5000 tahun lalu," katanya.
Ia juga menyimpulkan bahwa salah satu rumpun bahasa Autronesia di Asia Tenggara adalah bahasa Gayo, bukan Karo atau Batak. "Kita memang orang Gayo dengan bahasa sendiri, postur tubuh Austronesia. Bahasa Gayo itu dipergunakan di Aceh Tengah dan Bener Meriah," katanya.
Terhadap adanya anggapan bahwa di salah satu daerah bagian selatan Aceh terdapat bahasa Gayo, menurut Dardanila, itu bukan bahasa Gayo, melainkan penutur bahasa Gayo hasil migrasi. Seperti orang Gayo berbahasa Gayo di Jakarta dan lain-lain.
"Tapi yang sebenarnya pemakaian bahasa Gayo hanya di Gayo Aceh Tengah dan Bener Meriah," tukasnya.
Baca juga: Desember Kopi Gayo: Kuyun Kini Berlari ke Masa Depan
Dr Dardanila juga mengungkapkan, kalau dalam Proto Austronesia ada empat vokal yaitu "a, i, u, e" dalam bahasa Gayo tambah jadi lima, jadi "a, i u, e, o."
Itu terjadi, lanjut Dardanila, karena orang Gayo menciptakan kosa kata baru berdasarkan kebutuhannya.
Ia mencontohkan beberapa kosa kata bahasa Proto Austronesia yang masih tetap digunakan dalam bahasa Gayo sampai sekarang, yakni “nipi” dalam bahasa Gayo juga diwariskan kata “nipi” yang artinya mimpi.
Dalam proto ada kata “intem” dalam bahasa Gayo disebut “item.” Kemudian dalam bahasa proto ada kata “wiri” dalam bahasa Gayo itu disebut “kiri.”
"Pola ini artinya bahasa proto diwariskan secara linier dalam bahasa Gayo atau tidak ada perubahan.
Sedangkan yang ada perubahan inovasi, misalnya kata “lempit” dalam bahasa proto menjadi “lipet” dalam bahasa Gayo. Kata “dilah" dalam bahasa proto menjadi “delah” dalam bahasa Gayo yang artinya lidah. Kata “bisul” dari bahasa proto menjadi “barah” dalam bahasa Gayo. "Ini pewarisan vokal secara linier dan secara inovasi," ujar Dardanila.
Pewarisan vokal u, misalnya kata “ulu” dari bahasa Proto Austronesia, juga “ulu” dalam bahasa Gayo artinya kepala. Begitu juga kata “buhat” dalam bahasa proto menjadi “buet” dalam bahasa Gayo. Kemudian "asu” dalam bahasa proto, juga “asu” dalam bahasa Gayo berarti anjing. Kata “ibu” dalam bahsa proto berinovasi menjadi “ine” dalam bahasa Gayo.
Baca juga: Polisi Gayo Lues Temukan 16 Hektare Ladang Ganja, Ini Lokasi Ladangnya