Orangtua Tak Menyangka Putranya Tewas di Kerangkeng Bupati Langkat, Ada Luka saat Buka Kain Kafan
Orangtua korban tak menyangka putranya yang dikira sedang direhabilitasi itu dikabarkan tewas.
Akibat kekerasan itulah, sejumlah orang dilaporkan tewas, tak hanya satu orang.
Padahal sebelumnya Terbit Rencana Peranginangin sempat membuat alibi kerangkeng itu digunakan sebagai panti rehabilitasi bagi para pecandu narkoba dan kenakalan lainnya.
"Cara merehabilitasi penuh dengan catatan kekerasan, kekerasan yang sampai hilangnya nyawa."
"Sehingga memang jika kalau ditanya yang meninggal berapa, pasti lebih dari satu," kata Komisioner Komnas HAM, M Choirul Anam, Sabtu (29/1/2022).
Anam menyebut para tahanan itu tewas dianiaya menggunakan benda-benda yang sudah disiapkan.
Bahkan pola penyiksaan, rentang waktu dan alat yang digunakan untuk menganiaya para tahanan sudah dikantongi Komnas HAM.
"Polanya kami dapat, medio waktunya kami dapat, infrastruktur untuk melakukan kekerasan kami dapat.
Informasi soal alat kami dapatkan dan keterangan konteks kenapa terjadi kekerasan itu juga kami dapat," tambahnya.
Berdasarkan keterangan saksi, penganiayaan terjadi antara periode tahanan baru masuk ke kerangkeng 4 hingga 6 bulan pertama.
Disitu mereka masih berusaha melawan hingga akhirnya terjadi penganiayaan dan berujung maut.
Bahkan, Komnas HAM mengatakan korban tewas terakhir kali dalam setahun belakangan.
Komnas HAM juga menemukan kuburan para penghuni kerangkeng di sejumlah tempat.
"Korban dikebumikan ada di beberapa tempat," ucapnya.
Kata Polisi
Maka dari itu, pihak Komnas HAM dan juga LPSK meminta Polda Sumut untuk melakukan penyelidikan soal kemungkinan adanya korban lain.