Berita Luar Negeri
Pentagon Waspadai Serangan ke AS Buntut Aksi Bunuh Diri Pemimpin ISIS
Markas besar Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Pentagon, memperingatkan kehadiran pemimpin baru ISIS dan bahkan bisa
WASHINGTON DC - Markas besar Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Pentagon, memperingatkan kehadiran pemimpin baru ISIS dan bahkan bisa melancarkan serangan ke Amerika Serikat (AS).
Hal itu menyusul aksi bom bunuh diri yang dilakukan pemimpin kelompok tersebut, Abu Ibrahim Al-Hashimi Al-Quraishi saat penyerbuan pasukan AS ke rumahnya di Desa Atmeh, Provinsi Idlib, Suriah, Kamis (3/2/2022).
Sekretaris pers Pentagon, John Kirby, mengatakan, Pentagon sebenarnya berharap menangkap hidup-hidup Abu Ibrahim yang juga dikenal sebagai Abdullah Qardash untuk menginterogasinya.
Tetapi rincian baru dari AS menunjukkan bahwa pemimpin ISIS itu memasang kabel di seluruh lantai tiga rumahnya, sehingga dia bisa meledakkan dirinya sendiri dan keluarganya segera jika dia ditemukan oleh pasukan Barat.

"Kami akan berasumsi bahwa mereka (ISIS) akan mencoba menggantikannya," kata Kirby seperti dilansir Daily Mail pada Jumat (4/2/2022).
Abu Ibrahim tidak memiliki penerus yang diketahui.
“Ini adalah organisasi yang ingin menyusun kembali (kekuatan).
Mereka ingin tumbuh, mereka ingin kembali ke masa kejayaan yang mereka miliki di tahun 2014.
Mereka tentu telah mengindikasikan niat terus menyerang Barat, bahkan tanah air kita (AS).
Baca juga: Taliban Bentuk Brigade Syahid Untuk Lawan Bom Bunuh Diri
Baca juga: Bom Bunuh Diri Hantam Restoran Kongo, Enam Orang Tewas
Jadi ini kelompok yang kita awasi dan kita asumsikan akan ada pemimpin lain yang maju mencoba memimpin kelompok ini,” lanjutnya.
Saat pasukan AS menyerbu, pimpinan ISIS meledakkan rompi bunuh diri dan meledakkan bahan peledak di seluruh lantai rumahnya.
Bom itu menewaskan Abu Ibrahim, istri dan dua anaknya.
Pasukan AS meninggalkan tubuhnya di tempat kejadian, tidak seperti serangan 2011 ketika membunuh pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden.
“Dalam tindakan terakhir dari pengecut yang putus asa, tanpa memperhatikan kehidupan keluarganya sendiri atau orang lain di gedung itu, dia memilih untuk meledakkan dirinya sendiri, bukan hanya rompinya, tetapi juga untuk meledakkan lantai tiga (rumah) itu, daripada diadili karena kejahatan yang dia lakukan," kata Presiden Biden setelah serangan pagi hari.
Responden pertama mengatakan kepada AP bahwa 13 orang tewas, termasuk enam anak-anak dan empat wanita.
Pasukan AS dapat melakukan tes DNA untuk mengonfirmasi identitas Al-Quraishi, dan seorang pejabat Gedung Putih mengaku 'mengambil banyak informasi' yang dapat 'mengarah ke petunjuk lain'.
Baca juga: Bom Bunuh Diri Guncang Uganda, Targetkan Gedung Parlemen dan Markas Polisi
Biden mengatakan AS memilih serangan di lapangan yang lebih berisiko daripada serangan udara untuk meminimalkan korban sipil.
"Kami tahu bahwa Al-Quraishi dan yang lainnya di kompleksnya secara langsung menyebabkan kematian wanita dan anak-anak tadi malam," katanya.
“Tetapi, mengingat kerumitan misi ini, kami akan melihat kemungkinan tindakan kami juga mengakibatkan kerugian bagi orang-orang yang tidak bersalah,” tambah Biden.
Pria bernama Abu Ibrahim Al-Hashimi Al-Qurashi itu juga pernah memimpin pembantaian Yazidi sebelum mengambil alih kepemimpinan.
Abu Ibrahim yang juga dikenal sebagai Amir Mohammed Said Abd Al-Rahman Al-Mawla mengambil alih kepemimpinan ISIS dua tahun lalu setelah pendirinya, Abu Bakr Al-Baghdadi, meledakkan diri dalam serangan pasukan khusus AS pada Oktober 2019.
Dikutip dari AFP, Abu Ibrahim dianggap sebagai pemimpin ISIS yang tidak sering terlihat tapi brutal.
Baca juga: Korban Serangan Bom Bunuh Diri di Masjid Syiah Kandahar Menewaskan 37 Jamaah Shalat Jumat
Ia jarang terdeteksi radar intelijen Irak dan AS sampai kemudian tewas.
Abu Ibrahim menjadi pemimpin ISIS saat kelompok itu melemah akibat serangan yang dipimpin AS selama bertahun-tahun, dan hilangnya kekuasaan yang diproklamirkan sendiri di Suriah dan Irak utara.
Adapun Kementerian Luar Negeri AS mematok nilai 10 juta dollar AS (Rp 143,77 miliar) untuk kepalanya, dan menempatkannya dalam daftar "Teroris Global Khusus".(kompas.com)
Baca juga: Serangan Bom Bunuh Diri di Masjid Kota Kunduz Afghanistan, Tewaskan 100 Orang Jamaah Shalat Jumat
Baca juga: Ledakan Bom Bunuh Diri di Ibu Kota Somalia Tewaskan 8 Orang, Termasuk Ibu dan Dua Anak