Berita Banda Aceh
Wisata Sejarah Kapal Apung di Masa Pandemi, Kini Sepi Pengunjung Luar Negeri
“Tapi, sejak pandemi Covid-19, pengunjung sepi. Ekonomi warga anjlok. Biasanya, dalam sehari bisa ribuan orang datang ke sini. Bahkan dari luar....
Kapal ini dibawa ke Aceh saat terjadi konflik pemerintah dan GAM (Gerakan Aceh Merdeka).
Pada 2012-2013, Kapal Apung direnovasi sehingga pengunjung bisa naik ke geladak kapal.
Sebagai area wisata baru, Kapal Apung sudah dilengkapi 2 menara, sebuah monumen peringatan, jalan setapak, dan air mancur.
Hingga kini, Kapal Apung masih dirawat dan dijadikan objek wisata edukasi dan sejarah.
Banyak wisatawan berkunjung ke kapal ini, baik dari pelosok nusantara maupun mancanegara.
Keberadaan kapal ini seakan menggambarkan dan menceritakan, betapa dahsyatnya musibah gempa tsunami 17 tahun lalu.
Baca juga: Sejak Pandemi, Situs Kapal Tsunami di Lampulo Sepi Kunjungan Wisatawan dari Luar Negeri
“Tapi, sejak pandemi Covid-19, pengunjung sepi. Ekonomi warga anjlok. Biasanya, dalam sehari bisa ribuan orang datang ke sini. Bahkan dari luar Indonesia juga ramai,” kata Wati sebagai Pedagang di sekitar PLTD Apung kepada Serambinews.com, Kamis (10/2/2022).
Di sekeliling monumen, kini dibangun dinding dengan relief menyerupai gelombang air bah.
Dari atas kapal pengunjung juga dapat melihat rangkaian Pegunungan Bukit Barisan.
Tidak hanya itu, di lambung kapal juga terlihat banyak puing bersejarah untuk dijadikan alat bukti betapa dahsyatnya tsunami.
Bahkan, pengunjung bisa menonton video rekonstruksi terseretnya kapal tersebut.
Objek wisata Kapal Apung menyisakan banyak peristiwa menarik perhatian pengunjung, untuk dijadikan objek wisata andalan di Kota Banda Aceh.
Baca juga: Jadi Penyintas Tsunami Aceh 2004, Begini Cerita Cut Meyriska Bisa Atasi Trauma Berkat Roger Danuarta
Putri, salah seorang pengunjung asal Padang, Sumatera Barat, mengaku terharu melihat Kapal Apung terseret di tengah Kota Banda Aceh.
“Ini merupakan kuasa Tuhan, ya, dari sini kita menyadari manusia tidak ada apa-apanya. Kapal seberat ini bisa dibawa air sejauh ini. Itulah jika Allah berkehendak,” sebut Putri.
Ariga, pengunjung asal Kabupaten Aceh Timur, melihat monumen Kapal Apung sangat baik untuk wisata sejarah serta menjadi edukasi dalam bencaa besar.
“Ini pendidikan yang sangat berharga untuk adik-adik kita, terutama saya sendiri yang pada saat tsunami terjadi masih berumur satu tahun. Tapi, begitu melihat Kapal Apung, saya menyadari betapa hebatnya musibah itu,” kenang Ariga. (*)
Baca juga: VIDEO Banjir Kepung Perumahan Tsunami di Pidie, Rutin Tiap Tahun