Berita Banda Aceh

Nelayan Keluhkan Tak Dapat BBM, Hiswana Migas Aceh Akan Terus Monitor

Nelayan tradisional boat tep-tep, Alue Dayah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, mengeluhkan sulitnya mereka mendapatkan bahan bakar

SERAMBINEWS.COM/MISRAN ASRI
Boat-boat tep-tep nelayan Alue Dayah Teungoh (Ulee Lheue) Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, Sabtu (12/2/2022) tidak melaut akibat ketiadaan BBM. 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Nelayan tradisional boat tep-tep, Alue Dayah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, mengeluhkan sulitnya mereka mendapatkan bahan bakar dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Nelayan (SPBUN) setempat.

Padahal, keberadaan SPBUN untuk membantu nelayan mendapatkan bahan bakar berubsidi, tapi kenyataannya tidak demikian.

Diduga justru kapal-kapal besar bermesin di atas 30 gross tonnage (GT) yang mendapatkannya, sehingga stok BBM di SPBUN setempat dengan cepat habis terjual.

Demikian dikemukan Ketua DPC Hiswana Migas Aceh, Nahrawi Noerdin, yang mendapat laporan dari para nelayan Alue Dayah Teungoh.

Baca juga: Mulai Hari Ini, Harga BBM Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex Naik, Ini Rinciannya

Toke Awi, sapaan akrab untuk Nahrawi mengaku kecewa mendapatkan laporan dari nelayan tradisional yang menggunakan boat tep-tep itu.

Sejatinya bahan bakar di SPBUN itu, katanya, peruntukkannya bagi para nelayan, bukan untuk kapal-kapal bermesin di atas 30 GT.

Akibat ketiadaan BBM, para nelayan tradisional itu tidak tidak bisa melaut.

"Kondisi ini miris! Ini harus segera diselesaikan. Bayangkan saja masih ada orang-orang yang tega mengambil hak orang kecil, hak-hak nelayan tradisional," ujar Toke Awi, yang baru terpilih dan dilantik Ketua DPC Hiswana Migas Aceh.

Baca juga: Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex Resmi Naik, Ini Daftar Harga BBM Terbaru di Tiap Provinsi

Menurutnya, PT Pertamina (Persero) sudah mengamanahkan setiap SPBUN agar mendistribusikan bahan bakar bagi nelayan tradisional yang menggunakan mesin di bawah 30 GT, bukan untuk kapal bermesin di atas 30 GT.

Hal itu untuk memastikan setiap nelayan boat tep-tep mendapatkan bahan bakar bersubsidi.

Menurut Toke Awi, peran dan fungsi SPBUN sama dengan SPBU. Hanya saja, SPBUN dibuat khusus untuk perahu nelayan berkapasitas mesin di bawah 30 GT dan lokasinya juga berada di dekat pantai atau muara sungai yang menjadi tempat mangkal perahu-perahu nelayan sebelum dan sesudah melaut.

Para nelayan itu, terangnya, mengeluhkan SPBUN sering kehabisan stok bbm karena sudah duluan boat-boat penangkap tuna yang ukuran mesin lebih besar yang mengisi BBM.

"Laporan dan informasi ini tentu mengundang keprihatinan kami. Karena, perlu diketahui nelayan kecil ini sangat menggantungkan hidupnya pada hasil tangkapan sehari-hari yang mereka bawa pulang. Tidak melaut berarti berarti tidak ada penghasilan apapun yang mereka bawa pulang," sebut Ketua DPC Hiswana Migas ini.

Baca juga: 2 dari 19 Nelayan Aceh yang Ditangkap di Thailand Masih Anak di Bawah Umur

Jika masalah ini terus berlanjut, maka akan membuat hidup para nelayan kecil itu akan semakin terhimpit.

Pada dasarnya kuota BBM bersubsidi untuk para nelayan yang disalurkan Pertamina melalui SPBUN sudah diperhitungkan berdasarkan usulan dari pemerintah daerah dan hasil observasi di lapangan.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved