Konflik Rusia vs Ukraina
Digunakan untuk Melawan Pasukan Muslim Chechnya, Batalyon Azov Ukraina Olesi Peluru Pakai Lemak Babi
aksi itu dilakukan anggota Batalyon Azov dan seolah-olah akan digunakan untuk melawan pasukan Chechnya yang mayoritas Muslim.
Sebelumnya, Ramzan Kadyrov, Kepala Republik Chechnya sekaligus sekutu Putin mengatakan bahwa ia telah mengerahkan pasukan ke Ukraina.
Kadyrov bahkan mendesak masyarakat Ukraina agar menggulingkan pemerintahan mereka.
Perkembangan Invasi Rusia ke Ukraina
Sepekan Rusia menginvasi, PBB mencatat bahwa lebih dari satu juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak Putin melancarkan serangan.
"Hanya dalam tujuh hari kami telah menyaksikan eksodus satu juta pengungsi dari Ukraina ke negara-negara tetangga," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi, dalam postingan di Twitter.
"Bagi jutaan orang lainnya, di dalam Ukraina, sudah waktunya bagi senjata untuk diam, sehingga bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan jiwa dapat diberikan," tambahnya.
Sementara itu, salah satu kota strategis di Ukraina dikabarkan telah jatuh ke tangan pasukan Rusia.
Wali Kota Kherson di Ukraina, Ihor Kolykhaiev mengatakan bahwa militer negaranya tidak lagi berada di kota.
Ia mengaku bahwa warganya kini harus melaksanakan instruksi dari "orang-orang bersenjata yang datang ke pemerintahan kota".
Ini mengindikasikan bahwa Kherson telah jatuh di bawah kendali Rusia.
Dilaporkan CNN, pengumuman yang diposting di Facebook ini menyusul tekanan militer Rusia terhadap Kherson sejak beberapa hari yang lalu.
Kherson adalah kota penting yang strategis di jalan masuk dari Laut Hitam dengan populasi hampir 300.000 jiwa.
Pada Rabu (2/3/2022) di Kyiv, Wali Kota Kolykhaiev membantah klaim Rusia yang mengaku sudah menguasai Kherson.
Kolykhaiev saat itu menyebut bahwa pasukan Ukraina masih bertempur di beberapa bagian kota.
Namun menurut postingan terbaru, pasukan Ukraina dikatakan telah pergi.