Berita Aceh Besar

Ketua Fraksi PA DPRK Aceh Besar: Tidak Ada Orang Aceh yang Malas, Tapi Jaminan Pasar Kuncinya

Kawasan SieBreuh merupakan kawasan pertanian berbasis korporasi petani, ada 5.120 hektar lahan persawahan dan sekitar 2.000 hektare non persawahan.

Penulis: Asnawi Luwi | Editor: Taufik Hidayat
Dok Pribadi
Ketua Fraksi PA DPRK Aceh Besar, Juanda Djamal (enam dari kanan), berfoto dengan Muspika Kecamatan Sukamakmur, Aceh Besar dan pejabat lainnya usai Musrenbang kecamatan 2023 

Laporan Asnawi Luwi | Aceh Besar

SERAMBINEWS.COM, JANTHO - SieBreuh merupakan sebuah gerakan ekonomi rakyat yang dapat menjawab realitas sosial ekonomi saat ini. Terutama menata kembali sistem dan rantai produksi pertanian Aceh Besar yang memiliki potensi lahan, air dan cuaca yang sangat mendukung bagi berkembangnya agribisnis di masa depan.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Fraksi PA DPRK Aceh Besar, Juanda Djamal, saat menyampaikan pandangannya di depan peserta Musrenbang Kecamatan 2023 di Kecamatan Sukamakmur, Aceh Besar beberapa hari yang lalu.

“Tidak mesti semuanya bantuan pemerintah, kita punya modal sosial-ekonomi yang kalau kita kumpulkan maka menjadi modal untuk menghidupkan ekonomi,”jelas Juanda.

Pemerintah agar memastikan sarana pra sarana, melakukan pendampingan dan transfer knowledge dan teknologi agar petani dapat meningkatkan kualitas produksi, keberpihakan perbankan memodali usaha rakyat dan yang sangat penting adalah memastikan pemasaran hasil produksi petani.

“Jaminan pasar menjadi kunci petani produktif. Saya sangat marah kalau ada orang yang menyebut orang Aceh malas, kita ini memiliki perilaku saudagar dari dulunya, namun sejak pelabuhan kita ditutup, free port sabang pasif, dan ketergantungan pada toke luar, maka Aceh semua harga ditentukan mereka sehingga antara biaya produksi tinggi dan harga jual rendah maka petani rugi sehingga mereka tidak mau menanam lagi,” katanya.

“Janganlah kita hanya menjadi buruh, kurir dan justifikasi regulasi usaha bagi investor-investor luar, begitu dapat fee tambang dan migas sedikit sudah cukup, bukan itu perilaku kita,” pinta juanda djamal.

Jadi, lanjutnya, kita sebagai pemerintahan harus menjawab tantangan ini, menurut Juanda, “Siebreuh adalah upaya menata kembali sistem produksi hulu-hilir, memang kita mulai dari padi dan ternak, karena keduanya saling mendukung, dan 72 persen rakyat kita bergerak pada sektor pertanian/ril.

Juanda juga merespon kondisi kekinian dimana harga-harga mulai melambung, saatnya kita manfaatkan lagi pekarangan rumah untuk menanam sayuran kebutuhan sehari-hari, juga unggas agat ketergantungan kita pada produk-produk yang ditentukan oleh perdagangan kartel bisa kita tekan. Kalau tidak, neraca perdagangan Aceh akan terus defisit setiap tahunnya.

“Tidak perlu takut dengan tidak adanya minyak goreng sawit karena endatu kita sudah mandiri dengan minyak goreng kelapa, sehat lagi, “kata Juanda Djamal.

Kawasan SieBreuh merupakan kawasan pertanian berbasis korporasi petani, ada 5.120 hektar lahan persawahan dan sekitar 2.000 hektare non persawahan, dimana Menteri Pertanian Dr Syahrul Yasin Limpo meresmikannya pada 4 Maret 2022, di Blang Miro, Simpang Tiga Aceh Besar

“Mari kita kembali ke lahan yang kita miliki, meskipun kecil namun kita pastikan produktif, manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selebihnya bisa kita jual dan SieBreuhshop menjadi cikal bakal market place produk-produk petani di masa depan,”tutup Juanda Djamal.(*)

Baca juga: Kementan Bantu Pengembangan Pertanian di Aceh Rp 82,6 Miliar, Diserah Mentan Saat Peresmian SieBreuh

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved