Konflik Rusia vs Ukraina

Pejabat Tinggi Rusia Terpecah, Komandan Intelijen Ditahan hingga Jenderal Kelima Tewas

Divisi Kelima Dinas Intelijen FSB Rusia bertanggung jawab untuk informasi intelijen kepada Presiden Rusia Vladimir Putin tentang Ukraina

Editor: Faisal Zamzami
SPUTNIK/ALEXEY NIKOLSKY
Presiden Rusia Vladimir Putin tengah mencoba senapan terbaru yang diproduksi produsen senjata ternama Kalashnikov. (SPUTNIK/ALEXEY NIKOLSKY) 

SERAMBINEWS.COM, MOSKWA - Internal pemerintah Rusia terpecah terkait invasi ke Ukraina, dengan seorang komandan intelijen Rusia ditempatkan di bawah tahanan rumah.

Kolonel Jenderal Sergei Beseda, Kepala Dinas Kelima dari Dinas Intelijen FSB Rusia, dan Wakil Beseda ditahan di bawah tahanan rumah, menurut sebuah laporan oleh lembaga pemikir non-partisan Pusat Analisis Kebijakan Eropa (CEPA) dilansir dari The Jerusalem Post pada Sabtu (19/3/2022).

Divisi Kelima Dinas Intelijen FSB Rusia bertanggung jawab untuk informasi intelijen kepada Presiden Rusia Vladimir Putin tentang Ukraina menjelang perang.

"Sepertinya dua minggu perang, Putin sadar bahwa dia benar-benar melakukan kesalahan. Kementerian, takut akan tanggapannya, dan hanya akan memberi tahu Putin apa yang ingin dia dengar," tulis jurnalis investigasi Rusia Irina Borogan dan Andrei Soldatov dalam laporan CEPA.

Kedua wartawan menambahkan bahwa mereka telah memantau Departemen Informasi Operasi (DOI), cabang intelijen asing FSB, sejak didirikan sebagai direktorat pada akhir 1990-an.

Pihak Rusia belum mengonfirmasi laporan bahwa Kolonel Jenderal Beseda berada di bawah tahanan rumah.

Beseda juga menjadi sasaran sanksi yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Uni Eropa pada 2014, ketika konflik pecah di Ukraina dan Rusia menduduki Krimea.

Pada Sabtu (19/3/2022), seorang pejabat AS mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa laporan-laporan soal Beseda yang ditempatkan di bawah tahanan adalah "kredibel".

Pejabat itu juga mengeklaim perpecahan terjadi antara FSB dan Kementerian Pertahanan Rusia mengenai invasi ke Ukraina.

Sementara laporan media asing dan pejabat asing menunjukkan bahwa pihak pertama Rusia pada awalnya meyakini dapat mengambil alih Kyiv, ibu kota Ukraina, dalam hitungan hari.

 
Akan tetapi, hampir sebulan kemudian pasukan Rusia masih gagal melakukannya, karena perlawanan yang kuat dari Ukraina dan bantuan Barat mengalir ke negara itu.

"Sulit membayangkan beberapa intelijen senior (Rusia) berbicara dengan Putin dan tidak memberi tahu Putin apa yang ingin dia dengar, terutama jika itu keyakinan yang dipegang teguh (keunggulan dalam perang), keyakinan Putin tentang Ukraina," kata Jeffrey Edmonds, mantan pejabat CIA dan Dewan Keamanan yang memiliki pengetahuan khusus di kawasan itu.

Vladimir Osechkin, seorang aktivis hak asasi manusia Rusia yang diasingkan, mengonfirmasi penahanan intelijen tersebut kepada The Times.

Dilaporkan juga bahwa petugas FSB menggeledah lebih dari 20 alamat di sekitar Moskwa dari sesama petugas FSB, yang dicurigai melakukan kontak dengan wartawan.

"Dasar formal untuk melakukan penggeledahan ini adalah tuduhan penggelapan dana yang dialokasikan untuk kegiatan subversif di Ukraina. Alasan sebenarnya adalah informasi yang tidak dapat diandalkan, tidak lengkap, dan sebagian palsu tentang situasi politik di Ukraina," tambah Osechkin.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved